Bisnis.com, JAKARTA – Kontrak berjangka kedelai mengalami kenaikan harga dalam dua sesi berturut-turut setelah pengimpor China kembali memesan kedelai dari Amerika Serkat. Pembelian tersebut menjadi yang kedua kalinya sejak AS dan China memutuskan untuk melakukan gencatan senjata.
Harga jagung juga ikut terkerek karena trader sudah mengantisipasi adanya tambahan impor dari China selama pelonggaran perang dagang, dengan pihak China berjanji akan membeli pasokan produk pertanian dari AS.
Sementara itu, harga gandum mengalami penurunan karena ada aksi profit taking setelah naik 1% pada sesi perdagangan sebelumnya.
Kepala strategi pasar Ted Seifried memaparkan, pengimpor China telah membeli pasokan kedelai dari AS dengan jumlah yang masih belum diketahui pada Selasa (18/12) dan menjadi pembelian besar pertama sejak memesan pasokan kedelai sebanyak 1,5 juta ton pada pekan lalu.
“Kabar tersebut merupakan kabar baik. Jika terus dilakukan setiap pekan, harga kedelai bisa kembali merangkak naik,” ujarnya, dilansir dari Reuters, Rabu (19/12/2018).
Departemen Pertanian AS (USDA) menegaskan bahwa pembelian kedelai China pada pekan lalu merupakan pembelian terbesar dalam kurun waktu enam bulan terakhir. Saat ini, trader sedang mengantisipasi konfirmasi penjualan lebih lanjut pada Rabu (19/12) pagi waktu Chicago.
Pada perdagangan Rabu (19/12), harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) mencatatkan kenaikan 1 poin atau 0,11% menjadi US$921,75 sen per bushel. Secara year-to-date (ytd) harga kedelai CBOT mencatatkan penurunan harga hingga 4,49%
Adapun, harga jagung mencatatkan penurunan 0,75 poin atau 0,19% menjadi US$384,75 sen per bushel setelah pada awal perdagangan sempat naik ke US$385,50 sen per bushel. Sepanjang tahun ini, harga jagung tercatat naik 9,69%.
Sementara itu, harga gandum tergelincir 4,25 poin atau 0,80% menjadi US$528,50 sen per bushel. Secara ytd, harga gandum mencatatkan kenaikan hingga 23,77%, dan menjadi komoditas biji-bijian dengan kinerja terbaik sepanjang tahun ini.
Kedua pasar kedelai dan jagung juga menghijau karena kekhawatiran akan perubahan cuaca di Amerika Selatan. Hujan lebat di sejumlah wilayah Argentina dan brasil Selatan, serta kekeringan yang melanda Brasil tengah memicu kecemasan bahwa hasil produksinya berpotensi turun di bawah ekspektasi.
Presiden AS Donald Trump pada Senin (17/12) setuju untuk membayarkan paket bantuan putaran kedua dari keseluruhan dana sebesar US$12 miliar untuk membantu petani yang dirugikan dari peang dagang antara AS dan China.
Sementara itu, pasar gandum selama ini menguat karena adanya ekspor yang membaik dan tanda bahwa gandum Rusia akan kurang bisa berkompetisi dalam perdagangan gandum di luar negeri.