Bisnis.com, JAKARTA—Dalam 9 bulan pertama 2018, PT Intraco Penta Tbk. (INTA) membukukan penjualan alat berat sejumlah 722 unit, atau 89,36% dari target pemasaran setahun penuh sebanyak 808 unit.
Investor Relations Strategist Intraco Penta Ferdinand D. menyampaikan, pada periode Januari—September 2018 perusahaan merealisasikan penjualan alat berat sejumlah 722 unit, tumbuh 59,73% year on year (yoy) dari sebelumnya 452 unit. Pencapaian penjualan itu mencakup 89,36% dari target setahun penuh sebanyak 808 unit.
“Untuk sementara target penjualan sampai akhir tahun belum kami ubah,” tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (16/11/2018).
Dari sisi nilai, penjualan alat berat per September 2018 mencapai Rp1,54 triliun, melonjak 58,08% yoy dari 9 bulan pertama 2017 senilai Rp974,2 miliar. Pasar di sektor tambang batu bara, emas, nikel, dan bauksit berkontribusi 65%, sedangkan sekto agrikultur, infrastruktur, serta industri lainnya menyumbang 35%.
Per September 2018 pendapatan INTA secara keseluruhan mencapai Rp2,24 triliun, naik 46,67% yoy dari sebelumnya Rp1,53 triliun. Namun, rugi bersih perusahaan membengkak menjadi Rp232,32 miliar dari posisi per September 2017 sebesar Rp155,79 miliar.
Menurutnya, peningkatan harga komoditas menjadi faktor utama yang mendorong permintaan alat berat. Pada kuartal IV/2018, diperkirakan tren penjualan alat berat masih menunjukkan tren meningkat, tetapi tidak setinggi sebelumnya.
“Untuk kuartal IV/2018 kami masih melihat penjualan alat berat masih menunjukan peningkatan meskipun tidak setinggi periode 2015—pertengahan 2018. Saat itu dari kondisi harga komoditas global yang rendah berangsur meningkat, sehingga permintaan alat berat sangat tinggi,” paparnya.
Ferdinand menyampaikan, secara konsolidasi pendapatan INTA diperkirakan tumbuh 30% yoy pada 2018 menjadi Rp2,68 triliun dari sebelumnya Rp2,07 triliun. Segmen alat berat diperkirakan mendominasi kontribusi terhadap total pendapatan.
Dari sisi INTA sebagai grup, selain faktor penjualan alat berat yang cukup baik pada 2018, manajemen tentunya optimistis dengan pulihnya prospek kinerja anak usaha PT Intan Baruprana Finance Tbk. (IBFN). Perusahaan pembiayaan itu baru saja mendapat investor baru, yakni PT Northcliff Indonesia melalui skema right issue pada Oktober 2018.
Per September 2018, pendapatan IBFN –Rp44,26 miliar, membengkak dari sebelumnya –Rp34,32 miliar. Namun, rugi bersih tahun berjalan berkurang menjadi –Rp78,39 miliar dari per September 2017 sebesar –Rp144,1 miliar.
Ferdinand menyampaikan, secara konsolisasi kondisi keuangan INTA akan membaik pada 2019. Dengan demikian, IBFN dapat menyalurkan kembali pembiayaan untuk penjualan alat berat.
“Kami berharap secara konsolidasi kondisi keuangan INTA tahun depan akan terus membaik. Kami berharap IBFN juga akan mulai mendapat pendanaan lagi agar bisa menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif khususnya untuk membantu meningkatkan penjualan alat berat di grup usaha INTA maupun di luar INTA,” paparnya.
Dia menambahkan, faktor risiko kurs yang fluktuatif masih akan memengaruhi kinerja perseroan pada kuartal IV/2018. Namun, kondisi ekonomi dan politik diperkirakan masih akan kondusif, sehingga INTA optimistis terhadap keberlanjutan bisnis alat berat, pembiayaan, kelistrikan, dan penunjang infrastruktur lainnya.