Bisnis.com, TANGERANG – Emiten perawatan maskapai PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. tengah menyusun rencana untuk membangun pabrik ban pesawat terbang dengan membentuk perusahaan patungan dengan salah satu perusahaan asal Uni Eropa atau Amerika Serikat.
Dalam skema JV tersebut, emiten dengan sandi GMFI itu belum dapat membeberkan nilai investasi yang dibutuhkan. Namun, Garuda Maintenance Facility Aero Asia telah mengantongi dana senilai up to US$500 juta yang diperoleh perseroan dari investor asal China.
Direktur Utama Garuda Maintenance Facility Aero Asia Iwan Joeniarto menyampaikan kerja sama tersebut akan menyatukan keunggulan masing-masing perusahaan sehingga dapat menggarap pasar secara maksimal.
“Pada JV tersebut, kami membawa workload-nya. Perusahaan pembuat bannya kami sedang jajaki, mungkin dari Uni Eropa atau dari Amerika Serikat. Mereka yang akan membawa teknologinya,” ungkap Iwan di Tangerang, Selasa (6/11).
Iwan menyampaikan pabrik tersebut juga akan di bangun di dalam negeri, karena Indonesia memiliki bahan baku utama pembuat ban yaitu karet. Perseroan menggandeng OEM (Original Equipment Manufacturer) karena pihak tersebut telah memiliki izin pembuatan ban dan vulkanisir ban.
“Kemarin kita sudah tandatangani kesepakatan pembangunannya dan kami harapkan investasinya akan disuplai dari strategic investor yang kami sudah MoU di Bali [saat pertemuan IMF-World Bank]. Jadi ini ada tiga pihak yang terlibat yaitu kami sebagai operator, pabrik pembuat ban, dan China sebagai investor,” ungkap Iwan.
Dia merujuk pada penandatanganan perjanjian kerja sama strategis dengan perusahaan pelat merah asal China yaitu China Communication Construction Company (CCCC).
Direktur Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tazar Marta Kurniawan menyampaikan pembangunan pabrik ban pesawat tersebut akan dimulai pada tahun depan. Selain untuk pembangunan pabrik, dana dari investor China tersebut juga akan digunakan perseroan untuk ekspansi-ekspansi lain.