Bisnis.com, JAKARTA -- Meski pendapatan PT Lippo Karawaci Tbk. mengalami pertumbuhan per kuartal III/2018, tapi laba bersih emiten properti ini mengalami penurunan sebagai imbas rugi selisih kurs yang belum terealisasi.
Dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Jumat (2/11/2018), perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp8,6 triliun dalam periode Januari-September 2018 atau naik 15% secara year-on-year (yoy). Namun, laba bersihnya turun 25% secara yoy menjadi hanya Rp470 miliar.
Emiten berkode saham LPKR ini mengalami rugi selisih kurs yang belum terealisasi sebesar Rp1,35 triliun.
Sementara itu, perusahaan di bawah Lippo Group ini membukukan EBITDA sebesar Rp2,2 triliun atau meningkat 28% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Presiden Direktur LPKR Ketut Budi Wijaya mengatakan bahwa transaksi penjualan unit First REIT sudah selesai pada akhir Oktober 2018, lebih awal dari perkiraan semula.
Kemudian, proyek Meikarta telah didekonsolidasi dari Lippo Cikarang per kuartal II/2018. Oleh karena itu, LPKR juga telah mendekonsolidasikan proyek tersebut.
Sejauh ini, pra penjualan perseroan selama sembilan bulan pertama 2018 mencapai Rp1,13 triliun atau lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang sebesar Rp521 miliar.
"Patut dicatat bahwa angka-angka pra penjualan ini tidak termasuk proyek Meikarta. Untuk jangka panjang, pasar properti di Indonesia tetap merupakan sektor yang sangat menarik untuk investasi," paparnya.
Pendapatan berulang LPKR juga disebut terus mencatatkan pertumbuhan sehat sebesar 12% yoy menjadi Rp5,8 triliun atau sebesar 67% dari total pendapatan konsolidasi hingga kuartal III/2018.
Pendapatan divisi usaha Residential & Urban Development meningkat 23% yoy menjadi Rp2,8 triliun dari Rp2,3 triliun, terutama disebabkan oleh pertumbuhan pendapatan Urban Development sebesar 62% secara tahunan menjadi Rp2,1 triliun.
Divisi kesehatan melaporkan pertumbuhan yang stabil, di mana PT Siloam Hospitals International Tbk. (SILO) melaporkan pertumbuhan pendapatan sebesar 13% yoy menjadi Rp4,4 triliun. Penerimaan pasien rawat inap naik 11% yoy, sedangkan kunjungan rawat jalan tumbuh 11% yoy.
Pada September 2018, SILO telah membuka sebuah rumah sakit baru di Semarang, Jawa Tengah, yang sekaligus menjadi rumah sakit yang ke-34 bagi perseroan.
Pendapatan divisi Komersial yang terdiri dari Mal, Ritel & Hotel, naik tipis 5% yoy menjadi Rp576 miliar terutama karena penurunan pendapatan di Mal Ritel sebesar 12% menjadi Rp250 miliar. Sementara itu, pendapatan Hotel meningkat 23% menjadi Rp326 miliar.
Pendapatan divisi Manajemen Aset meningkat 14% secara tahunan menjadi Rp809 miliar, terutama disebabkan oleh berkembangnya aset yang dikelola.
Adapun rupiah telah mengalami pelemahan sekitar 12% terhadap dolar AS sejak awal 2018.