Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan yang bergerak pada kegiatan usaha IT Solution, Dokumentasi, dan penjualan produk teknologi informasi PT Sentral Mitra Informatika Tbk. berencana melakukan penawaran saham perdana (IPO) dengan melepas sebanyak-banyaknya 154,6 juta saham.
Volume tersebut setara dengan 21,6% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, yang merupakan saham baru dari portepel. Adapun, perseroan akan melepas saham tersebut dengan rentang harga penawaran Rp260—Rp310 yang mencerminkan rasio PE 14—17 kali.
Dengan rentang harga tersebut, maka calon emiten tersebut berpotensi meraup Rp40,19 miliar—Rp47,93 miliar dari aksi IPO. Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek, yaitu Phillip Sekuritas Indonesia.
Direktur Utama Sentral Mitra Informatika Josephine Handayani Hidajat menyampaikan perseroan akan menggunakan dana IPO tersebut untuk melakukan ekspansi, belanja produk, sekaligus modal kerja perusahaan.
“Kami berencana melakukan ekspansi kantor cabang ke 15 kota di Indonesia yang akan dimulai pada 2019. Ekspansi ini kami lakukan untuk memperluas pangsa pasar, mengoptimalkan waktu distribusi, dan lebih memudahkan layanan after sales,” ungkap Josephine dalam Due Dilligence Meeting di Jakarta, Kamis (1/11).
Josephine mengungkapkan pasar perseroan masih cukup luas, dengan penwarna harga layanan dan produk yang kompetitif jika dibandingkan jasa serupa. Perseroan mengklaim dapat menekan biaya jasa dokumentasi hingga 30%.
Untuk aktivitas bisnisnya, perseroan menyasar perusahaan-perusahaan dengan kontrak jangka panjang yaitu 3—5 tahun. Direktur Sentral Mitra Informatika Teddy Pohan menyebut dengan srategi kontrak jangka panjang, maka perusahaan telah mengamankan recurring income hingga beberapa tahun ke depan.
“Tahun depan kami akan tumbuh double karena ekspansi kantor perwakilan kami. Selanjutnya, kami menargetkan dapat menumbuhkan pendapatan 25%—35% . Penekanan bisnis kami adalah pada recurring income, sehingga sampai 2023 kami mengamankan pendapatan. Ini target yang kami ingin achieve setelah IPO,” jelas Teddy.
Adapun secara rinci, perseroan akan mengalokasikan dana IPO sebesar 20% untuk melakukan penyewaan tempat sebesar 20%, sebesar 50% akan digunakan untuk belanja aset yaitu mesin pencetakan (printer), sisanya sekitar 30% akan digunakan untuk modal kerja.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, Sentral Mitra Informatika Tbk. membukukan pendapatan bersih sebesar Rp36,19 miliar selama januari—Mei 2018, atau turun 10,54% dibandingkan pendapatan yang dikantongi perseroan pada periode sama tahun lalu yang sebesar Rp40, 46 miliar.
Pada periode tersebut, Sentral Mitra Informatika membukukan laba periode berjalan sebesar Rp3,11 miliar, menyusut 29,07% secara yoy.
“Pendapatan kami turun karena ada yang masih ter-pending. Ada beberapa pembayaran taguhan yang mundur,” kata Teddy.
Pada tahun ini, perseroan menargetkan pendapatan Rp137,81 miliar dan net profit sebesar Rp16,84 miliar.