Bisnis.com, JAKARTA — PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. membukukan laba senilai Rp480,11 miliar hingga September 2018, tumbuh 26,21% dari posisi Rp380,38 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam laporan keuangan September 2018, yang dirilis pada Selasa (23/10/2018), emiten berkode saham SIDO membukukan penjualan senilai Rp1,94 triliun pada 9 bulan 2018 atau tumbuh 4,86% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,85 triliun. Bila ditelisik dari segmen penjualan, jamu herbal masih berkontribusi paling besar.
Segmen penjualan SIDO terbagi tiga yakni jamu herbal, makanan dan minuman, serta farmasi masing-masing mencatatkan penjualan hingga kuartal III/2018 senilai Rp1,27 triliun, Rp588,37 miliar dan Rp72,05 miliar. Di sisi lain, SIDO pun berhasil menekan beban pokok penjualan.
Pada September 2017, beban pokok penjualan SIDO sempat mencapai Rp1 triliun. Namun, pada September 2018, beban pokok penjualan telah turun sekitar 5% menjadi Rp957,19 miliar.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, SIDO optimistis, bila pabrik cairan obat dalam (COD) dengan kapasitas 100 juta kemasan per bulan rampung, akan meningkatkan pertumbuhan pendapatan hingga 10%.
Direktur Independen Industri Jamu dan Farmasi Sido Leonard menuturkan, sebelumnya, investasi di COD tidak akan memberikan dampak pada kinerja 2018. Namun, dampak positif akan terlihat pada 2019. Leonard optimis, rampungnya COD tersebut akan menumbuhkan pendapatan hingga dua digit.
Sebagai informasi, pada 15 Maret 2018, Perusahaan telah menandatangani perjanjian penghentian pemberian rahasia dagang dan perjanjian penjualan dan pengalihan rahasia dagang dari keluarga Hidayat dan CV Mekar Subur kepada Perusahaan. Nilai transaksi tersebut adalah sebesar Rp33,95 miliar dan telah dibayarkan pada tanggal 15 Maret 2018.