Bisnis.com, JAKARTA – Komitmen PT Indosat Tbk. untuk menggelontorkan belanja modal (capex) sebesar US$2 miliar atau sekitar Rp30 triliun dalam dua tahun berjalan dinilai dapat dimanfaatkan perseroan untuk menjadi pemain pertama jaringan 5G nasional.
Dalam risetnya, analis Kresna Securities Etta Rusdiana Putra mengatakan dana sebesar US$2 miliar tersebut dapat digunakan emiten dengan sandi ISAT tersebut untuk memperkuat basis 4G-LTE, sekaligus operator pertama yang mengoperasikan jaringan 5G.
“Harus diingat bahwa 2019 merupakan tahunnya pengembangan 5G, di mana telekomunikasi China akan meluncurkan layanan 5G mulai 2019. Selama ini jaringan 4G ISAT berkembang lebih lambat dari XL Axiata. Manajemen menyebut akan meluncurkan 4G Plus di tiga provinsi,” ujar Etta di Jakarta, Senin (22/10/2018).
Etta menyampaikan pembaruan jaringan merupakan satu-satunya cara untuk berkompetisi di era perkembangan data, mengingat bisnis telepon dan sms kian tertekan. Investor masih akan menunggu strategi Presdir baru ISAT yaitu Chris Kanter untuk menumbuhkan ISAT.
Adapun, Chris menyebut berkomitmen mempercepat belanja dan investasi untuk mengakselerasi pertumbuhan perseroan. Salah satu fokus bekas Komisaris Independen Indosat tersebut adalah memperkuat basis 4G.
"[Komitmen kami] adalah soal network. Untuk 4G overlay kalau bisa target kami akhir tahun ini selesai, sampai tahun depan, dalam dua tahun ini kira-kira [kebutuhan] bisa US$2 miliar lebih. Tapi saya masih hitung kembali. Fokus saya adalah people, uang, dan proses," ungkap Chris pekan lalu.
Chris menyebut perseroan belum mendetilkan kebutuhan apa saja yang dimaksud, namun dia memastikan pemegang saham perseroan yaitu Ooredoo Asia Pte. Ltd. memberikan keleluasaan soal skema penyediaan dana.
Etta menyampaikan entitas memprediksi perseroan akan menggunakan capex hingga Rp8 triliun pada tahun ini. Kebutuhan dana sebesar Rp30 triliun tersebut diprediksi akan diperoleh dari kombinasi utang dan ekuitas perseroan.
Menurutnya, ISAT merupakan pemain kunci dalam hal konsolidasi jaringan. Sejauh ini, Kresna Securities meyakini pemerintah masih berorientasi pada pembentukan holding telekomunikasi dan Presiden Joko Widodo masih memiliki janji kampanye untuk membeli kembali saham ISAT yang sebelumnya dilepas pada investor Qatar.