Bisnis.com, JAKARTA—Laporan keuangan PT Arwana Citramulia Tbk kuartal III/2018 yang dirilis pada awal pekan ini menunjukkan kinerja fundamental positif meskipun belum membawa pergerakan saham menuju zona hijau.
Saham PT Arwana Citramulia Tbk pada perdagangan hari ini ditutup stagnan setelah pada perdagangan bursa dibuka Rp346 hingga akhirnya ditutup pada posisi yang sama dengan penutupan hari sebelumnya sebesar Rp340. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona hijau, menguat 1,17% ke level 5.868,62.
Perusahaan yang masuk ke dalam sektor industri dasar dan kimia ini, memperlihatkan pelemahan kinerja saham. Sepanjang tahun berjalan harga saham Arwana Citramulia turun 0,58%. Meski turun, kinerja saham bersandi ARNA ini outperform terhadap kinerja IHSG yang juga menunjukkan penurunan sebesar 7,66% secara year to date.
Emiten yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sejak 17 Juli 2001 ini membukukan kenaikan penjualan dan pendapatan usaha mencapai Rp1,46 triliun pada kuartal III/2018. Angka tersebut menguat 15,51% dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp1,26 triliun. Penguatan pendapatan disumbangkan oleh volume penjualan perusahaan yang mengalami kenaikan 11%.
Di lain sisi, beban pokok penjualan ARNA naik 14,24% dari September 2017 sebesar Rp975,20 miliar menjadi Rp1,11 triliun pada September tahun ini. Kendati demikian, perusahaan tetap mencatatkan pertumbuhan laba yang positif. Laba yang dapat diatribusikan ke entitas induk perusahaan menanjak 38,23% menjadi Rp115,94 miliar.
Selanjutnya, perusahaan didukung oleh beberapa pabrik yang tersebar di Indonesia antara lain, Tangerang, Serang, Gresik, Mojokerto dan Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Hingga saat ini, total kapasitas terpasang pada pabrik yang dimiliki perusahaan mencapai 57 juta meter persegi/tahun. Angka tersebut akan meningkat hingga 62 juta meter persegi/tahun dengan tambahan yang berasal dari pabrik di Ogan Ilir pada 2019.
Pada tahun 2020, ARNA menargetkan total kapasitas produksi mencapai 69 juta meter persegi/tahun. Perusahaan optimistis dengan telah dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 119/PMK.010/2018 pada 19 September lalu tentang penetapan bea masuk untuk produk ubin keramik atau safeguard keramik dapat mengembangkan usaha ARNA ke depan.
Secara teknikal, harga saham ARNA relatif lebih murah dengan forward P/E ratio 14,0 kali (di bawah rata-rata historis 5 tahun dengan nilai forward P/E ratio sebesar 18,6 kali) sepanjang 2018. Pergerakan saham Arwana Citramulia menunjukkan momentum negatif yang ditunjukkan pada indikator MACD dan juga memperlihatkan sinyal bearish dan berada pada kondisi oversold pada indikator Relative Strength Index.
Sumber: Bloomberg
*) Purnama Syukri Hadi, analis Bisnis Indonesia Resources Center