Bisnis.com, JAKARTA -- Bukan hal mudah bagi PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk. untuk keluar dari bayang-bayang kerugian besar induk usahanya yaitu PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang terus membukukan rugi dalam beberapa tahun terakhir.
Padahal, kinerja emiten dengan sandi GMFI tersebut cukup positif secara fundamental,. Pada semester I/2018, perseroan membukukan kenaikan pendapatan 11,5% ke level US$222,3 juta, meski laba bersih turun tipis 3,4% ke level US$20,12 juta.
Kinerja positif perseroan tidak sebanding dengan kinerja sahamnya. Sepanjang tahun berjalan, harga saham perseroan telah terkoreksi 14,47%. Pada penutupan perdagangan Jumat (12/10), harga saham GMFI menguat 11,48% atau 28 poin ke level Rp272.
Pada pekan lalu, GMFI menandatangani sejumlah kerja sama dengan beberapa pihak, yang diprediksi mengalirkan ratusan juta dolar ke kantong perseroan. Momentum tersebut diyakini menjadi titik balik dari kinerja saham perseroan.
Analis MNC Sekuritas Victoria Venny NS menyampaikan bahwa pada tahun ini upaya perseroan untuk melakukan ekspansi organik dan anorganik akan mendorong kinerja finansial GMFI. Dia mencatat ada beberapa katalis positif yang dapat mengerek kinerja GMFI.
Pertama, perseroan fokus meningkatkan komposisi pendapatan dari pelanggan non-afiliasi dan perubahan ke jasa engine and component yang memiliki margin terbesar. Kedua, perseroan merampungkan global footprint-nya di Australia.
Ketiga, perseroan mengupayakan penyelesaian private placement untuk mendorong modal kerja dan memperkuat struktur modal GMFI. Keempat, perseroan baru saja menandatangani kerja sama strategis dengan AFI-KLM sebesar US$400 juta dan PT China Communication Indonesia senilai US$500 juta.
“GIAA sebagai induk perusahaan mencatat peningkatan pendapatan sebesar 5,92% yoy menjadi US$1,99 miliar pada semester I/2018 namun masih mencatatkan rugi bersih sebesar US$119,56 juta. Hal tersebut tentunya mempengaruhi kinerja GMFI, dimana GIAA berkontribusi sebesar 55,3% dari total pendapatan perseroan pada semester I/2018,” ungkap Venny.
Dia merekomendasikan beli untuk saham GMFI dengan target harga sebesar Rp370 yang mengimplikasikan PE/PBV masing-masing 14,36 kali dan 2,09 kali pada 2018 dan 12,39 kali dan 1,86 kali pada 2019.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengatakan, perseroan akan segera memulai pengerjaan hanggar di Batam. Peran hanggar di Batam akan cukup signifikan pada pangsa pasar GMFI. Dengan hanggar tersebut, kapasitas GMFI akan meningkat dengan pangsa pasar diprediksi mencapai lebih dari 34%.
Wilayah Batam juga merupakan pasar potensial bagi perseroan karena traffic penerbangan internasional ke wilayah Batam dan sekitarnya yang cukup tinggi. Denies menyampaikan proyek di Batam berpotensi menjadi momentum peningkatan harga saham emiten tersebut.
“Kontribusinya ke pendapatan perseroan tidak akan sampai double digit tetapi bisa 8%—9%,” ungkap Dennies.
Dia merekomendasikan beli saham GMFI dengan target harga Rp360 yang mengimplikasikan rasio PE sebesar 13,3 kali pada 2018.