Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Thailand Pacu Permintaan, Harga Karet Mengencang

Harga karet berhasil rebound pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (9/10/2018), menyusul rencana Thailand untuk mengurangi area tanam demi mendorong harga.
Getah pohon karet/Istimewa
Getah pohon karet/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Harga karet berhasil rebound pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (9/10/2018), menyusul rencana Thailand untuk mengurangi area tanam demi mendorong harga.

Harga karet untuk kontrak teraktif Maret 2019 di Tokyo Commodity Exchange (Tocom), berakhir rebound dengan penguatan 1,53% atau 2,60 poin di 172 yen per kg.

Harga bahan utama pembuatan ban ini sebelumnya dibuka stagnan di level 169,40, setelah berakhir turun tipis 0,06% atau 0,10 poin di 169,40 yen per kg pada Jumat (5/10).

Harga karet Tocom mampu rebound meskipun kinerja mata uang yen tetap menguat. Nilai tukar yen terpantau lanjut terapresiasi tipis 0,01 poin atau 0,01% ke level 113,22 yen per dolar AS pada pukul 15.03 WIB, setelah berakhir menguat 0,48 poin atau 0,42% di posisi 113,23 pada perdagangan Senin (8/10).

Sejalan dengan karet Tocom, di Shanghai Futures Exchange, harga karet untuk pengiriman Januari 2019 berakhir menguat 2,52% atau 310 poin di posisi 12.620 yuan per ton, setelah mampu rebound dengan kenaikan 0,20% atau 25 poin di level 12.310 pada Senin (8/10).

Dilansir Bloomberg, pemerintah Thailand menawarkan 1.000 baht per rai kepada para penanam yang setuju untuk tidak melakukan penyadapan karet selama tiga bulan.

Pemerintah juga mendorong badan-badan negara untuk menggunakan karet, termasuk dalam membangun jalan dan membuat mannequin pelatihan CPR, demi mendorong lebih banyak permintaan.

“Kontrak berjangka karet juga mendapat dukungan saat melemahnya mata uang China terhadap dolar AS meningkatkan biaya pengimporan karet,” ujar Kazuhiko Saito, seorang analis di Fujitomi.

“Meningkatnya tensi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China mendorong spekulasi bahwa yuan memiliki lebih banyak ruang untuk melemah,” tambahnya.

Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut-sebut prihatin dengan depresiasi mata uang yuan China dan mempertimbangkan apakah akan menamai China sebagai manipulator mata uang dalam laporan yang akan dirilis pekan depan.

Nlai tukar yuan telah turun 9% terhadap dolar AS dalam enam bulan terakhir sekaligus mencatat salah satu kinerja terburuk di Asia.

Hal ini meningkatkan spekulasi bahwa China telah dengan sengaja melemahkan mata uangnya saat tensi perdagangan dengan AS telah memanas.

Pergerakan Harga Karet Kontrak Maret 2019 di Tocom

Tanggal

Harga (Yen/Kg)

Perubahan

9/10/2018

172,00

+1,53%

8/10/2018

holiday

holiday

5/10/2018

169,40

-0,06%

4/10/2018

169,50

0%

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper