Bisnis.com, JAKARTA—Pergerakan harga saham PT Mayora Indah Tbk berisiko melanjutkan pelemahan yang terjadi pada penutupan sore ini setelah harga saham emiten sektor industri barang konsumsi ini turun 2,46% atau 70 poin ke level Rp2.780.
Walaupun saham Mayora mengalami penurunan, secara year to date perusahaan memperlihatkan kinerja saham yang positif dan tumbuh 38,12%. Penurunan ini sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga ditutup pada zona merah. IHSG turun 3,76% atau 221,8 poin ke level 5.683,5.
Kondisi ini tidak terlepas dari sentimen global yang terus membayangi kinerja pasar modal Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang nyaris menyentuh level psikologis pada Rp15.000 per dolar AS turut serta memberikan pengaruh terhadap kinerja saham. Tekanan lain juga datang dari perang dagang antara AS dan China yang semakin memanas dan kekhawatiran atas krisis yang terjadi di sejumlah negara emerging market.
Secara fundamental, pada semester I/2018 perusahaan berkode MYOR ini mencatatkan kenaikan penjualan bersih sebesar 15,19% mencapai Rp10,81 triliun. Kenaikan ini sejalan dengan capaian laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk perusahaan yang meningkat 34,32% mencapai Rp735,86 miliar.
Meskipun pendapatan bersih mengalami peningkatan, beban pokok penjualan MYOR juga naik 10,38% menjadi Rp8,03 triliun.
Secara valuasi harga saham MYOR relatif lebih mahal dengan forward P/E ratio 31,1 kali (di atas rata-rata historis 5 tahun dengan nilai forward P/E ratio sebesar 25,9 kali) sepanjang 2018. Pergerakan saham Mayora menunjukkan momentum negatif yang ditunjukkan pada indikator MACD dan juga memperlihatkan sinyal bearish dan menuju area oversold pada indikator Relative Strength Index dan berisiko melanjutkan penurunan pada hari berikutnya.
Sumber: Bloomberg
*) Purnama Syukri Hadi, analis Bisnis Indonesia Resources Center