Bisnis.com, JAKARTA – Emiten komponen nasional siap melakukan transisi bisnis untuk menyesuaikan diri dengan masuknya era kendaraan elektrik atau electric vehicle (EV), sehingga tetap dapat mempertahankan bisnis di tengah tuntutan perubahan demand.
Direktur Keuangan PT Selamat Sempurna Tbk. Ang Andri Pribadi menyampaikan untuk mengantisipasi penurunan permintaan dari industri otomotif karena peralihan tren menjadi EV, perseroan telah memproduksi komponen untuk alat berat.
“Ke depan akan ada electric vehicle sehingga kalau kami hanya menjual komponen untuk otomotif, perseroan akan sulit membukukan penjualan saat penggunaan EV sudah besar. Makanya kami mengantisipasi dengan penjualan komponen alat berat,” ungkap Andri pekan lalu.
Andri mengungkapkan saat ini emiten dengan kode saham SMSM tersebut telah memiliki anak usaha yang khusus memproduksi komponen untuk alat berat yaitu PT Panata Jaya Mandiri yang berbasis di Tangerang.
Andri mengungkapkan perseroan bukan merupakan pemain baru pada segmen produksi komponen alat berat. Perseroan telah mendirikan Panata Jaya Mandiri hampir sepuluh tahun dan ke depannya, produksi komponen alat berat perseroan akan lebih dominan dibandingkan komponen otomotif.
“Kendaraan elektrik ini merupakan tantangan bagi kami karena tidak menggunakan komponen filter. Namun, secara umum industri ini masih menjanjikan dengan nilai pasar produk filter mencapai US$50 miliar [domestik dan ekspor]. Kami tidak akan masuk ke [komponen] EV, akan tetap fokus pada heavy duty application,” jelas Andri.
Direktur Utama PT Garuda Metalindo Tbk. Ervin Wijaya menyampaikan produsen baut kendaraan tersebut tidak akan terpengaruh signifikan pada implementasi kendaraan elektrik. Pasalnya, EV akan tetap menggunakan baut sebagai penghubung komponen.
“Soal implementasi EV ini, kami sudah coba antisipasi dengan memperkuat keunggulan perusahaan. Pada EV, yang hilang hanya beberapa bagian engine saja, di mana beberapa komponennya tetap menggunakan baut. Setelah kami pelajari, pengaruhnya pada bisnis perseroan tidak akan terlalu besar,” jelas Ervin.
Ervin menjelaskan dari segi kebutuhan komponen, hanya ada perbedaan sekitar 10%—15% antara EV dan kendaraan non-EV.
Untuk dapat menekan risiko dari persaingan ketat di pasar domestik, emiten dengan kode saham BOLT tersebut pun kian menggenjot ekspor ke negara lain yang industri otomotifnya juga berkembang dengan sangat pesat.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Astra Otoparts Tbk. Hamdhan Zulkarnain belum mau berkomentar banyak soal bagaimana strategi perusahaan dalam menghadapi perubahan demand di masa yang akan datang.
Kendati demikian, Hamdhani menyebut saat ini kendaraan roda dua lebih siap untuk mengimplementasikan EV dibandingkan kendaraan roda empat. Kesiapan itu dilihat dari sisi infrastruktur dan komponen yang digunakan.
“Untuk roda dua memang sedikit berbeda penerapannya karena kendaraan itu menggunakan baterai dengan kapasitas yang lebih kecil dan bisa juga swap baterai. Penerapan EV lebih memungkinkan untuk roda dua,” jelas Hamdhani.
Adapun, perseroan saat ini fokus untuk memproduksi komponen OEM (Original Equipment Manufacturer) dengan mengerjakan seluruh proses secara internal. Skema produksi tersebut membuat margin perusahaan akan lebih tinggi.