Bisnis.com, JAKARTA – Harga kedelai di bursa Chicago anjlok ke level terendah selama 6 pekan, merosot empat sesi dari keeluruhan lima sesi, karena ekspektasi hasil panen kedelai Amerika Serikat memberatkan harga.
Selain kedelai, harga biji-bijian lain di Chicago Board Of Trade (CBOT) serempak memerah. Pada perdagangan Senin (27/8) harga kedelai CBOT tercatat melorot 12,50 poin atau 1,46% menjadi US$842,75 sen per bushel dan turun 12,90% sepanjang tahun 2018.
Penurunan harga disusul oleh gandum yang merosot 6 poin atau 1,12% menjadi US$530,50 sen per bushel dan masih mencatatkan kenaikan harga sebesar 19,03% secara year-to-date (ytd). Selanjutnya, Harga kedelai giling menurun 5 poin atau 1,58% menjadi US$311,30 per ton dan turun 1,50% sepanjang 2018.
Kemudian, komoditas jagung menjadi yang memerah dengan poin terkecil dengan penurunan 1,75 poin atau 0,48% menjadi US$361 sen per bushel dan turun 1,28% selama tahun berjalan.
“Harga kedelai tertekan karena tur Pro Farmer memprediksi jumlah hasil panen lebih tinggi dari outlook yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian AS [USDA],” kata Phin Ziebell, Ekonom Agribisnis National Bank Australia, dilansir dari Reuters, Senin (27/8/2018).
Ziebell menambahkan bahwa gandum masih punya dorongan dari pengetatan pasokan global, tetapi pasar masih berfokus pada kabar bernada bullishseperti kenaikan ekspor gandum AS.
Layanan konsultan Pro Farmer, pada Jumat (24/8) memproyeksikan produksi kedelai 2018 di AS akan mencapai rekor sebanyak 4,68 miliar bushel, berdasarkan rata-rata hasil panen sekitar 53 bushel per akre.
Perkiraan hasil panen kedelai Pro Farmer melampaui perkiraan dari USDA yang sudah menunjukkan jumlah rekor sebanyak 4,58 miliar bushel setelah pada pekan lalu menemukan jumlah kacang kedelai lebih banyak dari ekspektasi di seluruh wilayah yang disurvei.
Kemudian, gandum masih menghadapi tekanan dari pelemahan permintaah kargo gandum AS. UDA pada Kamis (23/8) melaporlan bahwa penjualan gandum AS pada pekan 16 Agustus lalu hanya sebanyak 239.800 ton, di bawah perkiraan dagang dan terendah selama enam pekan.
Hal itu menyebabkan harga gandum berjangka CBOT tetap memerah meskipun ada kemungkinan pengetatan pasokan karena hasil produksi di Eropa, wilayah laut Hitam, dan Australia yang menurun.