Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan harga baja dunia mendorong emiten baja nasional untuk mengalihkan sumber pasokan bahan bakunya. Emiten produsen baja PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk. pun tengah menjajaki pemasok bahan baku lokal.
Direktur Keuangan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk. Hadi Sutjipto menyampaikan hingga paruh pertama tahun ini, perseroan memang masih memasukkan seluruh bahan baku dari luar negeri. Kendati demikian, perseroan tengah menjajaki suplai bahan baku dari produsen lokal.
“Sejak 1 Januari 2017 hingga saat ini, harga baja global telah mengalami kenaikan hampir 20%, mungkin sekitar 8% kalau year to date. Trennya terus mengalami kenaikan sehingga akan lebih baik jika kami memiliki pemasok lokal,” ungkap Hadi pada Bisnis.com, Kamis (23/8/2018).
Hadi menyampaikan kenaikan harga baja dunia terimbas dari meningkatkan harga komoditas utama dunia yaitu minyak bumi. Kenaikan minyak bumi mengerek harga komoditas-komoditas lain termasuk baja.
Untuk itu, emiten dengan kode saham GDST tersebut tengah menjajaki sumber bahan baku dari dalam negeri yaitu PT Krakatau Posco. Sayangnya, Krakatau Posco pun masih memproduksi dalam jumlah kecil sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan perusahaan sendiri.
“Di dalam negeri, yang memproduksi jenis baja slate itu hanya Krakatau Posco namun volumenya masih kecil sekali sehingga sebagian besar terserap oleh Krakatau Steel. Kalau pembelian kami kecil, justru akan menjadi tidak efisien,” jelas Hadi.
Kendati demikian, dia menyebut perseroan akan intens menjalin komunikasi dengan Krakatau Posco dan pemasok lokal potensial yang di masa depan dapat menjual bahan baku pada Gunawan Dianjaya Steel.
Adapun, perseroan selama ini mengimpor bahan bakunya dari beberapa negara yaitu Korea Selatan, Brasil, Ukraina, dan Rusia.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, GDST membukukan penjualan bersih sebesar Rp604,24 miliar pada semester I/2018, turun tipis 0,13% dibandingkan penjualan perseroan pada semester I/2017 yang sebesar Rp505,06 miliar.
Pada periode tersebut, perseroan membukukan rugi periode beralan sebesar Rp24,44 miliar, setelah pada periode sama tahun sebelumnya masih membukukan keuntungan sebesar Rp9,05 miliar.