Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan lira pada Senin (13/8/2018) turut membawa dampak yang signifikan, membuat rupiah melemah hingga menembus Rp14.600 per dolar AS. Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah kemarin sangat tidak terduga.
Pada perdagangan Selasa (14/8), rupiah kembali menguat tipis ke posisi Rp14.580 per dolar AS, menguat 28 poin atau 0,19% dari penutupan perdagangan sesi sebelumnya. Secara year-to-date (ytd) posisi rupiah merosot 7,03% di hadapan dolar AS.
“Penguatan saat ini karena fokus pelaku pasar pada masalah Turki sudah mereda, kembali ke fundamental murni seperti kenaikan suku bunga AS, perang dagang, dan Pemilihan Presiden di Indonesia,” ujar Ibrahim kepada Bisnis, Selasa (14/8/2018).
Meskipun current account deficit (CAD) Indonesia lebih tinggi dari yang diperkirakan, hingga mencapai 3%, Ibrahim mengatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang lain masih cukup bagus untuk membawa penguatan pada mata uang garuda.
Ibrahim mengatakan data produk domestik bruto (PDB) Indonesia bertumbuh dari 5,12% menjadi 5,25%. Meskipun tipis, kenaikan tersebut dinilai Ibrahim cukup menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia sudah semakin membaik.
“Rencana Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan penggunaan CPO [crude palm oil/minyak kelapa sawit] hingga 30% untuk meningkatkan ekspor sanggup untuk menguatkan rupiah. Kemudian pastinya melalui BI, pemerintah akan mengeluarkan langkah-langkah strategis untuk menguatkan rupiah, untuk detilnya belum tahu apa saja” lanjut Ibrahim.
Selama sepekan ke depan, Ibrahim memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.540 per dolar AS – Rp14.671 per dolar AS.