Bisnis.com, JAKARTA – Emiten produsen film PT MD Pictures Tbk. membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) dengan dua perusahaan multinasional untuk memproduksi film. Nilai investasi untuk membentuk perusahan patungan tersebut mencapai US$5 juta.
Kedua perusahaan tersebut yaitu XingXing Group yang berasal dari China, dan Studio Invictus Korea yang berasal. Untuk membentuk perusahaan patungan tersebut. Ketiganya berinvestasi pada nilai besaran yang sama yaitu masing-masing sekitar US$1,7 juta.
Direktur Utama MD Pictures Manoj Punjabi menyampaikan emiten dengan kode saham FILM tersebut membentuk JV untuk memproduksi motion film sekaligus menjajaki peluang memperluas pasar ke negara lain.
“Kami akan memproduksi film di Indonesia dan dalam 1—2 tahun kami akan memproduksi film yang dapat dirilis di China. Setelah IPO ini, rencana JV dengan siapapun, kami sudah memiliki danannya,” ungkap Manoj usai peresmian pencatatan saham perdana MD Pictures di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (7/8).
Menurut Manoj, saat ini perusahaan juga tengah menyiapkan perusahaan patungan dengan pihak lain untuk memproduksi film Hollywood. Adapun, perseroan berkontribusi pada JV dengan menggunakan sepenuhnya dana dari hasil IPO.
MD Pictures baru saja mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek, dengan melepas 1.307.770.000 saham biasa atau setara dengan 13,75% dari modal saham setelah penawaran umum perdana. Dengan harga penawaran sebesar Rp210 per saham, FILM mengantongi Rp274,63 miliar.
Dana tersebut akan digunakan perseroan untuk mengembangkan bisnis film, melaksanakan kontrak eksklusif dengan artis dan sutradara, pengembangan HAKI, dan pengembangan film animasi. Selain itu, perusahaan juga akan memperkuat infrastruktur film seperti set lokasi dan studio musik.
Manoj menyampaikan dalam beberapa tahun terakhir, industri film nasional sangat menjanjikan bagi produsen, dengan jumlah penonton pada tahun ini diprediksi meningkat 20% dari tahun lalu.
Pada 2018, Manoj sebelumnya menyampaikan perseroan menargetkan raupan laba bersih mencapai Rp110 miliar atau meningkat 80,68% dibandingkan 2017 saat perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp60,88 miliar.
“Ada banyak faktor pendukung kami untuk achieve target bottomline tersebut seperti pertumbuhan industri film sendiri, jumlah penonton meningkat, pertumbuhan jumlah bioskop menjadi 1.900 dari 1.500 layar, kenaikan harga tiket, dan yang paling penting kualitas filmnya,” ungkap Manoj.
Berdasarkan data yang dipublikasikan perseroan, FILM membukukan penjualan bersih sebesar Rp89,56 miliar pada Januari—Februari 2018, meningkat 173,56% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (yoy).
Dalam 3 tahun terakhir, pendapatan FILM tumbuh positif. Tercatat, nilainya mencapai Rp59,2 miliar pada 2015, Rp80,75 miliar pada 2016, dan Rp153,72 miliar pada 2017.
Pada tahun lalu, penonton bioskop nasional tercatat mencapai 42,7 juta, dengan pangsa pasar film Indonesia sebesar 35%. Kendati harga tiket masuk (HTM) bioskop meningkat, pendapatan film lokal tetap mengalami kenaikan dengan mencapai Rp1,6 triliun pada 2017.