Bisnis.com, JAKARTA--Pendapatan perpelanggan (ARPU) PT Indosat Ooredoo, Tbk di semester I/2018 menurun 36,4% bila dibandingkan dengan capaian di semester I/2017.
Dari surat keterbukaan informasi, Selasa (31/7/2018), ARPU secara total turun sebesar 36,4% dari Rp22.500 di semester I.2017 menjadi Rp14.300 di paruh pertama 2018.
Kendati demikian, bila dibandingkan dengan kuartal I/2018, ARPU di tiga bulan kedua ini tumbuh 28% dari Rp12.400 menjadi Rp15.900.
Perinciannya, ARPU dari kartu prabayar turun 38,5% bila dibandingkan semester I/2017 yakni Rp21.300 menjadi Rp13.100. Sementara itu, ARPU dari kartu pascabayar turun 23,1% bila dibandingkan dengan ARPU di periode yang sama tahun 2017 yakni dari Rp126.100 menjadi Rp97.000.
Padahal, ARPU diharapkan bisa naik sebagai dampak positif penerapan registrasi kartu SIM prabayar. Alasannya, dengan penerapan registrasi kartu prabayar mendorong konsumen mengubah perilaku dari berganti kartu menjadi isi ulang pulsa yang memberikan peluang tambahan pendapatan bagi operator.
Adapun, dari sisi jumlah total nomor di jaringan, Indosat mencatatkan penurunan jumlah nomor di jaringan sebesar 21,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni 96,4 juta nomor menjadi 75,3 juta nomor. Perinciannya, jumlah nomor prabayar turun 22,5% dari 95,3% menjadi 73,8%. Kemudian, jumlah nomor pascabayar naik 35,3% dari 1,1 juta menjadi 1,5 juta di semester I/2018.
Dalam keterbukaan informasi perusahaan, Group Head Corporate Secretary Indosat Ooredoo, Hadi Susilo mengatakan aturan registrasi kartu SIM prabayar membuat perusahaan mengubah strategi dari push menjadi pull. Dampak penerapan strategi tersebut terlihat pada penurunan nomor di jaringan sebesar 22%.
"Aturan baru yang mewajibkan registrasi kartu perdana yang berdampak di TW1 2018 serta perubahan GTM strategy dari “push” menjadi “pull” juga terus berdampak pada performansi kami dengan penurunan 22% basis pelanggan pada SMT1 (Semester 1) 2018," katanya.
Akibatnya, pendapatan perusahaan turun 27% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni dari Rp15,1 triliun menjadi Rp11,1 triliun. Selain itu, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) turun 47,5% dari Rp6,7 triliun di semester I/2017 menjadi Rp3,5 triliun di semester I/2018.
Terlepas dari capaian tersebut, dia optimistis perusahaan bisa mendapatkan ruang marjin lebih besar dari konsumen yang loyak dan penurunan perpindahan pelanggan atau churn dalam jangka panjang.
"Indosat Ooredoo melihat adanya peluang jangka panjang dalam kondisi pasar yang baru dengan basis pelanggan yang lebih loyal serta tingkat churn yang lebih rendah yang pada akhirnya memberikan marjin yang lebih besar di masa mendatang," katanya.