Bisnis.com, JAKARTA – Dua kapal bermuatan kedelai AS berhenti di dekat pelabuhan Utara China karena ada kemacetan dari penundaan bongkar muat kargo pertama yang terkena tarif impor tambahan sebesar 25%.
Kapal Star Jennifer, yang membawa muatan kedelai sebanyak 69.000 ton dari wilayah Pasifik Amerika Serikat, telah tiba di dekat pelabuhan Dalian sejak Selasa (24/7) malam waktu setempat.
Adapun, kapal Peak Pegasus terus beputar-putar di sekitar pelabuhan tersebut sejak 6 Juli, setelah terlambat datang dan terpaksa terkena tarif tambahan yang muali berlaku pada hari tersebut.
“Pembongkaran muatan kargonya terus tertunda karena ketersediaan tempat penyimpanannya minim di pelabuhan tersebut, ditambah dengan permintaan yang melemah. Sejumlah pabrik tidak bisa mengolah seluruh impor dari Brasil yang jumlahnya sangat besar,” ujar Xie Huilan, analis portal industri Cofeed.com, dikutip dari Bloomberg, Rabu (25/7/2018).
Saat ini, ada lima kapal yang mengantre di pelabuhan Dalian. Pelabuhan Rizhao di Shandong sebelumnya juga mengalami penundaan karena sejumlah pabrik menahan operasinya dan harus menghadapi jumlah permintaan yang semakin lemah.
Pada bulan lalu, data bea cukai China mencatatkan bahwa China telah mengimpor 8,7 juta ton kedelai dan 9,69 juta ton pada Mei dari AS, jumlah tertinggi kedua yang pernah ada. Pihak bea cukai China tidak memberikan perincian mengenai negara mana saja yang mengirimkan komoditas itu, tetapi menyebutkan bahwa total impor pada semester I/2018 jumlahnya masih sama dengan periode yang sama tahun lalu.
China saat ini masih melakukan pembelian kedelai dari Brasil sebelum kembali beralih ke pengiriman dari AS karena hasil panen kedelai AS pada akhir tahun dipastikan akan meningkat tajam jika tidak mendapt pembelian dari China.
Kenaikan tensi perang dagang antara AS dan China membuat pengimpor kedelai terbesar di dunia itu harus mencari sumber alternatif baru. Departemen Pertanian AS (USDA) pada bulan ini meningkatkan prediksi ekspor kedelai Brasil dan menyatakan bahwa petani Brasil kemungkinan akan menanam tanaman untuk memproduksi minyak nabati pada masa tanam 2018/2019.
China National Grain and Oil Information Center (CNGOIC) melaporkan bahwa Negeri Panda kemungkinan akan mengimpor total 17,5 juta ton minyak nabati pada Juli dan Agustus. Pengiriman tersebut akan didominasi dari Brasil.