Bisnis.com, JAKARTA — PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. menetapkan harga penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) senilai Rp1.640 per saham.
Adapun jumlah saham yg ditawarkan mencapai 509,14 juta saham dengan free float 28% dari jumlah saham. Sebelumnya, harga penawaran saham entitas anak BUMN ini sekitar Rp1.610–Rp2.250 per saham, dengan jumlah saham yang ditawarkan sekitar 561,1 juta atau sekitar 30%.
Dalam keterangan resmi yang diperoleh Bisnis.com, Minggu (1/7/2018), melalui aksi IPO ini maka perseroan akan meraih dana senilai Rp835 miliar. Sebelumnya, Chiefy Adi Kusmargono, Direktur Utama IKT, mengatakan bahwa sebesar 50% dana IPO akan digunakan untuk belanja modal. Sebesar 25% untuk pembayaran kontrak sewa lahan jangka panjang di Jakarta Utara dan sisanya akan digunakan untuk modal kerja.
Manajemen Perseroan optimistis terhadap IPO IKT seiring dengan hasil roadshow yang dilakukan sejak tanggal 23 Mei hingga 22 Juni 2018. Untuk investor dalam negeri roadshow antara lain dilaksanakan di Jakarta. Sementara itu, untuk investor internasional, perseroan juga melakukan roadshow ke beberapa negara di Asia dan Eropa.
Dia mengklaim, tidak kurang dari 60 investor institusi telah ditemui oleh manajemen perseroan selama periode roadshow baik investor dalam negeri maupun luar negeri seperti di Singapura, Malaysia, Thailand, Hongkong, Korea Selatan dan Inggris.
Dia mengungkapkan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan pernyataan efektif untuk IKT pada 28 Juni 2018. Sementara itu, masa penawaran IKT akan dilakukan pada tanggal 2-3 Juli 2018. Saham perusahaan pelat merah ini akan dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Juli 2018.
IKT yang juga dikenal sebagai IPC Car Terminal tersebut menunjuk dua perusahaan sebagai penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT Bahana Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas. Adapun, RHB bertindak sebagai Agen Penjual Internasional.
IKT merupakan anak usaha PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II atau Indonesia Port Corporation (IPC) yang bergerak pada bidang jasa pelayanan terminal kendaraan. Adapun pelayanan jasanya meliputi Stevedoring, Cargodoring, Receiving, dan Delivery. Selain itu juga melayani pelayanan jasa lainnya, yaitu Vehicle Processing Center (VPC) dan Equipment Processing Center (EPC).
IKT memiliki beberapa keunggulan, di antaranya satu-satunya perusahaan yang mengelola terminal komersial yang memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan di negara terpadat ke 4 di dunia, memiliki 100% captive market, dan margin bisnis tinggi.
Selain itu, perseroan memiliki pasar yang berkembang pesat, basis klien yang solid, penguasaan lahan yang terjamin dan ekspansi yang terencana dengan baik, serta tim manajemen yang sangat berpengalaman.
Sementara itu, Indonesia adalah negara dengan penjualan mobil terbesar ke-17 di dunia dan nomor satu di Asean. Secara produksi, Indonesia terbesar ke-18 di dunia dan nomor dua di Asean. Adapun pertumbuhan produksi mobil di Indonesia secara tahunan mencapai 11,4% selama 2007- 2017.
IKT menyediakan terminal yang disiapkan tak hanya untuk mobil, melainkan alat berat, truk, bus, dan suku cadang. Perseroan mengelola lahan seluas 31 hektare dengan kapasitas 700.000 unit kendaraan per tahun.
Sesuai rencana, pada 2022, IKT menargetkan lahan seluas 89,5 hektare dengan kapasitas 2,1 juta kendaraan. Dengan demikian, Perseroan diproyeksikan menjadi pengelola terminal mobil terbesar ke-5 di dunia.
Pada 2017, IKT membukukan pendapatan sebesar Rp422,1 miliar, meningkat dibandingkan dengan 2016 yang sebesar Rp314,3 miliar. EBITDA naik menjadi Rp175,4 miliar dari Rp133,4 miliar. Laba kotor naik menjadi Rp208,6 miliar dari Rp164,5 miliar, dan laba bersih melonjak menjadi Rp130,1 miliar dari Rp98,4 miliar.
Adapun, total aset per akhir 2017 mencapai Rp336,3 miliar, meningkat dibandingkan 2016 yang sebesar Rp264,9 miliar. Liabilitas naik menjadi Rp 99,2 miliar dari Rp79,3 miliar dan ekuitas meningkat menjadi Rp237 miliar dari Rp185,6 miliar dan current ratio sebesar 3,3 kali, naik dari 2,4 kali.
Sementara itu, dalam 3 tahun terakhir rata-rata ROA mencapai 35,4%, margin EBITDA 40,4%, ROE 50,6%, dan ekuitas terhadap aset rata-rata 69,8%.