Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JELAJAH JAWA BALI 2018: Menyisir Komoditas Nusantara

Event mudik ternyata juga dapat digunakan sebagai ajang untuk menyisir komoditas-komoditas kekayaan nusantara.
Buruh memanen tebu untuk dikirim ke pabrik gula di Ngawi, Jawa Timur, Selasa (8/8)./ANTARA-Ari Bowo Sucipto
Buruh memanen tebu untuk dikirim ke pabrik gula di Ngawi, Jawa Timur, Selasa (8/8)./ANTARA-Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com,  BALI -- Event mudik ternyata juga dapat digunakan sebagai ajang untuk menyisir komoditas-komoditas kekayaan nusantara.

Sebelumnya, Tim Jelajah Jawa Bali Bisnis Indonesia berhasil menempuh perjalanan yang cukup mengesankan, yakni membelah gunung-gunung di jawa Timur, salah satunya Gunung Semeru.

Perjalanan Tim jelajah kemarin (12/6/2018), dimulai dari kota kelahiran Arema FC, yakni Malang.

Seperti biasa, ketika Tim Jelajah keluar dari pusat kota, sisi jalan mulai terhiasi dengan pemandangan hijau nan asri. Kami melihat banyak sawah padi yang telah memasuki masa panen, dan bahkan, tak jarang kami melihat sawah tersebut telah ditanami padi kembali.

Selain padi, kami juga melihat banyak ladang tebu menghiasi perjalanan kami. Tanaman yang tinggi lebih dari dua meter tersebut sudah dihiasi banyak bunga-bunga putih, yang menandakan bahwa tebu sudah siap panen.

Rupanya, keberadaan tebu tersebut bukan tanpa sebab, karena Malang memang merupakan salah satu produsen utama gula.

Sebagai informasi, pada 2017, produksi gula nasional adalah 2,10 juta ton sedangkan pada tahun ini diproyeksikan menjadi 2,25 juta ton.

Setelah melewati lembah penuh sawah, Tim Jelajah memasuki gunung Semeru, dimana kami menemukan banyak pohon palm berjejer rapi di sekitar jalan Gunung.

Pohon palm yang dimaksud bukanlah sawit atau kelapa, tetapi pohon salak. Yang rupanya salak di Gunung Semeru ini juga telah memasuki musim panennya.

Harganya sangat murah, yakni mulai dari Rp2.500 per kg hingga Rp6.000 per kg. Harga tersebut jauh terjangkau dengan harga salak di perkotaan yang bisa melebihi Rp15.000 per kg.

Namun, sebenarnya wajar saja, karena harga tersebut adalah harga jual petani tangan pertama.

Meski bukan komoditas, di sekitar jalan Tim Jelajah kali menemukan petani yang memotongongi rumput disekitar jalan.

Awalnya, terpikir rumput di pinggir jalan tersebut hanya pakan ternak biasa, tetapi rupanya rumput tersebut bernama rumput odot, yang mana pakan ternak khusus sapi perah, yang mana jika dijual harganya bisa mencapai Rp6.000 per ikatnya.

Penulis naskah: Tim Jelajah Jawa Bali 2018 (Krizia Putri Kinanti, Adam Rumansyah, Pandu Gumilar, M.Richard)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper