Bisnis.com, JAKARTA--Adaro Energy (ADRO) menjajaki ekspansi 2 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ke Thailand dan Vietnam, melalui anak usahanya PT Adaro Power.
Presiden Direktur Adaro Power Mohammad Effendi menyampaikan, perusahaan menjajaki pengembangan proyek PLTU ke sejumlah negara Asean, seperti Vietnam, Thailand, Kamboja, Myanmar, Laos, hingga ke Asia Selatan seperti Bangladesh. Namun, dua proyek yang dapat direalisasikan ialah Vietnam dan Thailand.
"Sementara ini yang [pengembangan proyek PLTU yang] paling dekat adalah Vietnam dan Thailand," tuturnya, Rabu (30/5) malam.
Di Vietnam, rencananya pembangunan proyek tidak dilakukan dari 0, karena Adaro akan mengakuisisi PLTU. Proses negosiasi masih berlangsung, sehingga kepemilikan perusahaan di proyek tersebut masih dalam tahap pembahasan.
Adapun, di Thailand, perseroan bisa melakukan akuisisi dan mengembangkan proyek baru. Menurutnya, kedua PLTU itu nantinya akan menyerap produk batu bara dari ADRO.
Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menyampaikan, pemilihan Vietnam dan Thailand karena memiliki tarif yang menarik. Ke depannya, proyek PLTU itu turut mendorong pendapatan ADRO.
"Ke depannya kami memang akan fokus mengembangkan tiga pilar bisnis, yakni pertama batu bara kokas, kedua pembangkit listrik, dan ketiga, bisnis non batu bara seperti air bersih," paparnya.
Menrutnya, ekspansi ke bisnis kokas dan non batu bara merupakan tindakan self destruction. Artinya, sebelum perusahaan terhantam fluktuasi harga batu bara thermal, ADRO sudah melakukan diversifikasi lini usaha, sehingga sumber pendapatan kian beragam.
Effendi menuturkan, di dalam negeri perseroan sedang mengerjakan dua proyek PLTU, yakni PLTU Tanjung Power Indonesia (TPI) berkapasitas 2x100 MW di Kab. Tanjung, Kalimantan Selatan, dan PLTU Bhimasena Power Indonesia (BPI) di Kab. Batang, Jawa Tengah berdaya 2x1000 MW.
Progress pengembangan fisik TPI sudah mencapai 90% dan BPI 42%. Masing-maisng PLTU beroperasi pada Mei 2020 dan Desember 2020.
"TPI kurang lebih pengembangannya 48 bulan, sedangkan BPI 58 bulan," paparnya.
Menurutnya, kedua proyek menggunakan teknologi ultra super critical, sehingga penggunaan bahan bakar lebih efektif dan tingkat emisi pembakaran yang minimal.
Ke depannya, Adaro Power bersama anak usaha PLN, Indonesia Power (IP), akan mengembangkan PLTU Kaltim 5. Pembangkit ini merupakan PLTU mulut tambang, sehingga dekat dengan sumber bahan bakar.
Rencananya, joint venture Adaro Power 49% dan IP 51% akan mengembangkan PLTU berkapasitas 2x100 MW. Nilai investasi diperkirakan mencapai US$400 juta. "Dalam1-2 minggu ke depan kemungkinan ada signing dengan PLN," ujarnya.
Perseroan juga menjajaki peluang masuk ke dalam bisnis pembangkit listrik menggunakan energi baru terbarukan (EBT). Pengembangan proyek ini bergantung kepada penawaran tender dari PLN.