Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan batu bara PT Harum Energy Tbk. (HRUM) menargetkan penjualan batu bara sejumlah 5,8 juta ton, tumbuh 20,83% year on year (yoy) dari realiasi 2017 sejumlah 4,8 juta ton
Direktur Utama Harum Energy Ray A. Gunara menyebutkan, pada 2018, HRUM menargetkan penjualan batu bara sejumlah 5,8 juta ton. Adapun, volume produksi meningkat sekitar 15% menjadi 4,5 juta—5,25 juta ton dari tahun lalu sejumlah 4,2 juta ton.
Produksi perseroan berasal dari dua anak usaha, yakni PT Mahakam Sumber Jaya (MSJ) sejumlah 4 juta—4,5 juta ton, dan PT Karya Usaha Pertiwi (KUP) sebesar 500.000--750.000 ton. Kedua tambang masing-masing memproduksi batu bara dengan spesifikasi 5.500 Kcal/kg dan 5.253 Kcal/kg.
Per Maret 2018, perusahaan merealisasikan penjualan 1,1 juta ton, turun dari 1,2 juta ton pada kuartal I/2017. Menurut Ray, hal ini disebabkan permasalahan cuaca yang menghambat produksi, dan ketersediaan alat berat yang tertunda.
"Kami perkirakan operasional ke depannya masih sesuai target, karena cuaca membaik, dan alat berat sudah siap," ujarnya pekan lalu.
Dalam periode Januari—Maret 2018, rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) batu bara HRUM mencapai US$74 per ton, naik dari rata-rata 2016 US$66 per ton. Oleh karena itu, pendapatan perusahaan tumbuh 10,3% yoy menjadi US$86,8 juta, dari kuartal I/2017 senilai US$78,7 juta.
Pasar batu bara perseroan per Maret 2018 ialah Korea Selatan sejumlah 26%, China 25%, Malaysia 20%, India 14%, Taiwan 7%, dan Banglades 5%, atau 100% ekspor. Menurut Ray, komposisi ini tidak banyak berubah sampai akkhir tahun.
Ray optmistis pendapatan perseroan dapat tumbuh di atas 10% pada 2018. Namun, nilainya sulit diprediksi karena sangat bergantung kepada fluktuasi harga batu bara global.
Pada 2018, perusahaan mengalokasikan belanja modal US$13,8 juta yang berasal dari kas internal. Anggaran terbesar untuk eksplorasi sejumlah 36%, pengembangan dan prasarana 31%, alat berat 18%, dan pemeliharaan kapal 11%. Per Maret, HRUM sudah merealisasikan US$700.000.
Untuk ekspansi jangka panjang, sambung Ray, perusahaan akan memulai produksi di PT Santan Batubara (SB) pada kuartal III/2018. Namun, jumlahnya diperkirakan masih sangat sedikit sampai akhir tahun ini.