Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IPO, 2 Perusahaan Rumah Sakit Galang Total Dana Rp1,9 Triliun

Dua calon emiten rumah sakit, PT Medikaloka Hermina Tbk. dan PT Royal Prima Tbk. mengincar dana senilai Rp1,9 triliun dari pasar modal melalui penawaran umum perdana saham.
Karyawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA--Dua calon emiten rumah sakit, PT Medikaloka Hermina Tbk. dan PT Royal Prima Tbk. mengincar dana senilai Rp1,9 triliun dari pasar modal melalui penawaran umum perdana saham.

Lebih rinci, Medikaloka Hermina akan melepas sebanyak-banyaknya sebesar 351,38 juta saham baru atau sebesar-besarnya 11,82% dalam rangka initial public offering. Adapun harga penawaran yang ditetapkan senilai Rp3.700 per saham, sehingga dana yang dihimpun akan mencapai Rp1,3 triliun.

Dalam paparan publik, Medikaloka Hermina menawarkan harga saham senilai Rp3.700-Rp5.000 per saham. Namun, harga pelaksanaan dalam aksi intial public offering ini ada pada level bawah yakni Rp3.700 per saham.

Kondisi yang dialami Grup Hermina, berbeda dengan rumah sakit asal Medan yakni Royal Prima. Awalnya, Royal Prima menawarkan harga sekitar Rp380-Rp650 per saham dan menetapkan harga pelaksanaan IPO sebesar Rp500 per saham.

Harga tersebut berada di tengah dari harga penawaran ditetapkan oleh perseroan. Royal Prima akan melepas sebanyak 1,2 miliar saham, sehingga dana yang diperoleh akan mencapai Rp600 miliar.

Direktur PT Royal Prima, Michael Mok Siu Pen mengatakan, penetapan harga pada level middle dari harga penawaran, sejalan dengan tujuan dana IPO dan fundamental yang dimiliki. Dia mengungkapkan, rasio net profit yang dimiliki sudah mencapai 12,24% dan hal itu berpotensi menjadi daya tarik bagi investor.

"Fundamental kami sangat bagus. Kami akan mempertahankan rasio net profit pada level dua digit," ungkapnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (8/5/2018).

Adapun masa penawaran umum perdana saham Royal Prima dilaksanakan pada 8 Mai-9 Mei 2018. Michael menuturkan, respon pasar sangat bagus dan pemesanan oleh investor di Medan dan Jakarta sangat tinggi. Dia mengatakan, aksi IPO perseroan telah mengalami oversubcribed.

Dia mengatakan, dana yang dioperoleh dari IPO, sebesar 40% bakal digunakan untuk biaya akuisisi rumah sakit baru yang berlokasi di Medan, Pekanbaru, Jambi, Tangerang, Bekasi, Cikarang, Jakarta, dan daerah potensial lainnya.

Selain itu, sekitar 20% dana IPO Royal Prima akan digunakan untuk pembelian peralatan medis dan infrastruktur teknologi informasi yang bertujuan untuk memperluas dan meningkatkan kualitas layanan, peralatan, dan fasilitas. Lalu, 20% dana untuk tambahan perolehan tanah yang nantinya akan digunakan untuk pembangunan rumah sakit.

Michael mengatakan, untuk merespon positif program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) maka diperlukan jumlah tempat tidur dalam jumlah yang banyak. Maka 20% lagi dana IPO bakal dipakai untuk ekspansi pada rumah sakit yang ada dengan cara meningkatkan kapasitas tempat tidur di rumah sakit perseroan, penambahan lantai bangunan, atau perubahan konfigurasi ruangan, serta memperluas layanan spesialis.

Sebagai informasi, EV/EBITDA per 2017 yang dimiliki Royal Prima sebesar 14%.

Presiden Direktur Medikaloka Hermina Hasmoro, sebelumnya, mengharapkan, melalui penawaran saham perdana jumlah rumah sakit semakin banyak dan bisa menjangkau seluruh Indonesia. Dia memproyeksikan, pada 2020, Grup Hermina bakal memiliki 40 rumah sakit.

Medikaloka Hermina ini berencana menggunakan dana IPO untuk pengembangan infrastruktur rumah sakit. Pertama, 25% dana IPO untuk belanja modal atas pembukaan rumah sakit baru yang berlokasi di Palembang, Samarinda, Padang dan lainnya.

Kedua, 25% lagi akan digunakan oleh Medikaloka Investama untuk belanja modal pembelian perlengkapan media, seperti MRI, CT-Scan, C-Amr dan lainnya, yang akan digunakan untuk grup perseroa. Lalu 25% lagi akan digunakan untuk pelunasan seluruh utang perseroan dengan PT Bank DBS Indonesia (DBSI) dan MTN (medium term notes) I Medikaloka Hermina 2017.

Lalu, sisanya 25% lagi, akan digunakan untuk pembiayaan kebutuhan operasional sehari-hari, seperti pembayaran gaji karyawan, utang usaha dan pembiayaan kegiatan operasional rumah sakit dan lain-lain.

Presiden Direktur PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia Hendra Purnama mengungkapkan, pada tahun ini EV/EBITDA Medikaloka Hermina sekitar 16,7%--21,7%. Adapun alokasi belanja modal Grup Hermina sekitar Rp700 miliar, yang akan digunakan membangun 4 rumah sakit serta perawatan dan operasional grup perseroan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper