Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah lesunya industri ritel nasional, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. justru berhasil menunjukkan performanya. Adapun, kinerja penjualan sepanjang kuartal I/2018 yang cukup moncer berpeluang mengerek harga saham emiten dengan kode RALS ini.
Kemarin, saham RALS menguat 5 poin atau 0,35% ke level Rp1.440. Sepanjang tahun berjalan, harga sudah tumbuh sekitar 20%. Lantas bagaimana pergerakannya hingga akhir tahun?
Penjualan perseroan sepanjang kuartal I/2018 tercatat mencapai Rp1,51 triliun. Angka tersebut lebih tinggi 1,34% dari proyeksi perseroan pada awal tahun yang menargetkan penjualan senilai Rp1,49 triliun. Secara detail, realisasi penjuala pada Januari, Februari dan Maret masing-masing senilai Rp569 miliar, Rp421 miliar dan Rp619 miliar.
Adapun, kinerja penjualan yang positif tersebut dinilai akan mendongkrak harga saham perseroan.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi harga saham RALS akan melejit ke level Rp1.600 hingga akhir tahun.
Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya mengatakan, kenaikan penjualan perseroan seiring dengan adanya pergeseran liburan Paskah pada Maret tahun ini, yang mana pada tahun lalu jatuh pada April.
Katalis lain adalah hari raya yang jatuh pada akhir pekan, yakni Hari Raya Nyepi dan Wafat Isa Al Masih. Alhasil, masyarakat bisa menghabiskan hari libur dengan berbelanja di gerai-gerai yang dimiliki.
Baca Juga
"Kami mempertahankan rekomendasi beli saham RALS dan menaikkan target menjadi Rp1.615. Target kami itu menggunakan metodologi gabungan, dengan target price to earning [P/E] 27 kali dan discounted cash flow atau DCF sepanjang 10 tahun," kata Christine melalui riset yang dikutip, Rabu (18/4).
Hal senada diungkapkan oleh Janni Asman, analis Maybank Kim Eng Sekuritas. Menurutnya, kinerja RALS ke depan akan terus terkerek oleh kuatnya kinerja penjualan dari sektor fesyen. Dia merekomendasikan beli saham RALS dengan target harga Rp1.600 per saham.
"Kami menegaskan kembali rekomendasi beli saham RALS dengan katalis positif yang akan muncul dari penjualan produk fesyen yang kuat serta kerugian dari supermarket yang terus ditekan," jelasnya.
Dia menambahkan, penjualan fesyen perseroan terus tumbuh, yakni pada kisaran 19% secara year-on-year pada periode Februari—Maret. Menurutnya, kondisi ini masih akan bertahan pada kuartal II/2018.
