Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Turun dari Level Tertinggi dalam Lebih dari 3 Tahun

Harga minyak melemah dari level tertinggi dalam lebih dari 3 tahun lantaran ketegangan Timur Tengah mereda sehingga mengurangi kekhawatiran terhadap pasokan minyak global.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak melemah dari level tertinggi dalam lebih dari 3 tahun lantaran ketegangan Timur Tengah mereda sehingga mengurangi kekhawatiran terhadap pasokan minyak global.

Pada perdagangan Senin (16/4) pukul 19.15 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak teraktif Mei 2018 melemah 0,87 poin atau 1,29% menjadi US$66,52 per barel di New York Merchantile Exchange.

Sebelumnya, pada Jumat (13/4) harga ditutup pada US$67,39 per barel, tertinggi sejak Desember 2014. Total volume yang diperdagangkan adalah sekitar 61% di atas rata-rata 100 hari.

Adapun, pada waktu yang sama, harga minyak Brent untuk pengiriman Juni 2018 turun 0,93 poin atau 1,28% menuju US$71,65 per barel di ICE Futures yang berbasis di London, turun dari penguatan sebelumnya di level US$72,58 per barel.

Tergelincirnya harga minyak pada hari ini terjadi seiring pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyatakan bahwa ‘misi selesai’ sehari setelah AS, Perancis, dan Inggris meluncurkan serangan militer sebagai tanggapan dari serangan kimiawi yang dicurgai oleh pemimpin Suriah Bashar al—Assad terhadap warga sipil.

“Retret ini menjadi dasar bahwa tidak akan ada lagi aksi militer AS di Suriah,” kata Stephen Brennock, seorang analis di PVM Oil Associates Ltd di London.

Minyak mentah pada pekan lalu naik ke level yang terakhir terlihat pada akhir 2014 di tengah meningkatnya risiko geopolitik yang mendorong investor mengantisipasi bahwa pembalasan terhadap Assad akan mengancam produksi minyak di wilayah tersebut, sementara ketegangan antara Arab Saudi dan pemberontak yang didukung Iran di Yaman juga menambah kekhawatiran.

Sementara itu, di AS, Jumlah rig pengeboran untuk minyak mentah di Negeri Paman Sam naik ke tertinggi 3 tahun. Menurut data Baker Hughes, minyak shale naik 7 rig pada pekan lalu menjadi 815 rig, tertinggi sejak Maret 2015. Armada rig telah berkembang dalam 10 dari 12 minggu terakhir. Ekspansi terjadi setelah data Administrasi Informasi Energi (EIA) menunjukkan bahwa produksi minyak Amerika naik ke rekor baru 10,5 juta barel per hari (bph).

Lonjakan output AS terus menjadi sentimen negatif bagi harga, bahkan ketika Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mendekati targetnya untuk mengatasi melimpahnya minyak mentah global.

Citigroup Inc. dalam proyeksi terbarunya melihat bahwa harga minyak pada 2018 akan berada di level US$65 per barel, menyusul penurunan pada tahun depan di level US$55 per barel akibat pasokan yang tinggi di Venezuela dan Iran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper