Bisnis.com, JAKARTA – Harga gandum global mengalami pelemahan setelah sempat menyentuh level tertingginya dalam sebulan terakhir yang mendapat dorongan dari laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat yang menunjukkan stok global pada April meningkat.
Berdasarkan data Departemen Pertanian (USDA) dalam laporan Grain: World Market Trade and Market bulanan, total produksi pada April 2018 diperkirakan mencapai 759,75 juta ton, lebih banyak 960.000 ton dari periode bulan sebelumnya sebesar 758,79 juta ton.
Sementara itu, untuk tingkat konsumsi pada periode yang sama diperkirakan menjadi 743,13 juta ton, lebih banyak 625.000 ton jika dibandingkan dengan periode Maret sebanyak 742,50 juta ton.
Angka produksi dan konsumsi itu menghasilkan tingkat persediaan akhir yang posisinya naik hingga 271,22 juta ton, meningkat 2,33 juta ton dari periode Maret sebesar 268,89 juta ton.
Proyeksi itu menunjukkan indikasi bahwa terjadinya kondisi surplus kendati tipis pada bulan ini nyatanya tidak menciptakan kondisi keseimbangan pasar sehingga harga cenderung tertekan.
Harga gandum untuk pengiriman Juli 2018 ditutup melemah 9 poin atau 1,81% menjadi US$489,25 sen per bushel di Chicago Board of Trade (CBOT). Angka tersebut merupakan penurunan dalam tiga sesi berturut–turut setelah menyentuh US$508,50 sen per bushel pada 11 April, level tertinggi dalam sebulan terakhir.
“Rekor produksi gandum global pada musim 2017/2018 naik tipis pada bulan ini, terutama karena hasil panen yang lebih besar di Maroko,” papar USDA.
“Pada tahun ini secara khusus, rekor produksi global dan harga yang relatif rendah semakin dikatalisasi oleh permintaan impor di Sub-Sahara Afrika. Rusia yang menjadi pemasok terbesar,” lanjutnya.
USDA memproyeksikan pertumbuhan impor year-on-year (yoy) akan kuat dari Sub-Sahara Afrika, seperti Aljazair, Kenya, Filipina, Turki, dan Jepang. Konsumsi meningkat pada tren urbanisasi jangka panjang seiring dengan kenaikan pendapatan dan pertumbuhan penduduk.
Selain itu, dilansir dari Reuters, harga gandum di AS dan Uni Eropa dikabarkan sedikit lebih rendah, sebagian disebabkan oleh meningkatnya persaingan di pasar internasional dari Rusia karena mata uangnya melemah.
Pelaku pasar melihat penurunan mata uang rubel Rusia dapat mengurangi prospek ekspor di AS dan Uni Eropa. Hal itu memberi dampak bagi harga gandum global karena menggunakan harga acuan dari bursa Amerika.
“Ini memberikan faktor daya saing lebih lanjut untuk gandum Rusia di pasar internasional. Kami menganggap bahwa Rusia dapat mengekspor 40 juta ton dalam tahun pemasaran ini,” papar Agritel, perusahaan riset pertanian global dalam risalah di pasar berjangka. Adapun, USDA memperkirakan ekspor Rusia mencapai 38,5 juta ton.
Kendati demikian, USDA juga memproyeksikan harga rata–rata pada musim ini untuk gandum global tidak berubah, yakni di level US$465 sen per bushel.