Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Diprediksi Cenderung Tertekan Sepanjang Pekan Ini

Dolar AS dibayangi oleh beragam sentimen negatif yang menekan laju penguatannya. ATPF memproyeksikan, pada pekan ini pelaku pasar akan mengamati dengan seksama melambatnya pertumbuhan tenaga kerja AS dan perkembang an perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Uang dolar AS./Antara
Uang dolar AS./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Kendati pada perdagangan awal pekan ini (9/4) dolar AS terpantau mengalami penguatan, analis menilai greenback berpotensi cenderung tertekan sepanjang pekan ini.

Asia Trade Point Futures (ATPF) dalam Weekly Market Outlook menuturkan dolar AS dibayangi oleh beragam sentimen negatif yang menekan laju penguatannya. ATPF memproyeksikan, pada pekan ini pelaku pasar akan mengamati dengan seksama melambatnya pertumbuhan tenaga kerja AS dan perkembang an perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

“Pelaku pasar tampak sedang mencerna melambatnya data pertumbuhan tenaga kerja AS periode Maret yang dirilis Jumat lalu,” papar ATPF. “Kondisi ini memicu pelaku pasar melepas kembali mata uang dolar AS dan imbasnya mata uang Paman Sam tersebut kembali merosot ke level terendah,” lanjutnya.

Tercatat pertumbuhan tenaga kerja AS periode Maret mencapai 103.000 jiwa, lebih rendah dari pasar sebesar 188.000 jiwa. Sementara itu tingkat pengangguran tetap di angka 4,1%, namun masih dibawah ekspektasi pelaku pasar sebesar 4,0%.

Di samping itu, data upah atau penghasilan rata-rata perjam tumbuh 0,3%. Angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar.“Bervariasinya data sektor tenaga kerja ini cenderung diresp on negatif oleh pelaku pasar seiring dengan meningkatnya eskalasi ketegangan perang dagang AS dan China,” serunya.

Kondisi perang dagang ini dinilai membuat perhatian pelaku pasar tertuju pada data Trade Balance China yang akan dirilis pada Jumat pekan ini. Pelaku pasar juga akan mengamati pergerakan laju ekspor China.

Namun demikian, dolar AS mendapatkan dukungan dari ekspektasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve pada Juni mendatang, kali kedua setelah kenaikan pada Maret  silam.“Di tengah beragamnya sentimen negatif terhadap dolar AS, probabilitas kenaikan suku bunga The Fed pada bulan Juni mendatang terpantau cukup tinggi,” tambah ATPF.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh CME Group, 79% pelaku pasar yakin bahwa The Federal Reserve akan menaikkan suku bunganya pada Juni mendatang. Ekspektasi ini berpotensi membalikkan keyakinan terhadap dolar AS.

Di sisi lain, fokus pelaku pasar juga akan tertuju pada data inflasi AS yang akan rilis pada hari Rabu pekan ini. Data inflasi AS yang positif akan mampu menopang kembali laju dari greenback setelah terbebani laporan tenaga kerja AS periode Maret.

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama dunia naik 0,07% atau 0,066 poin ke level 90,174 pada pukul 11.36 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka menguat 0,026 poin atau 0,03% di level 90,134, setelah pada perdagangan Jumat (6/4) berakhir melemah 0,39% atau 0,352 poin di posisi 90,106.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper