Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS-China Rekonsiliasi, Harga Emas Malah Tertekan

Harga emas mengalami kemunduran pada Kamis (5/4) lantaran kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang mereda setelah kedua negara dikabarkan akan melakukan pembicaraan.
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas mengalami kemunduran pada Kamis (5/4) lantaran kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang mereda setelah kedua negara dikabarkan akan melakukan pembicaraan.

Pada perdagangan Kamis (5/4/2018) pukul 16.00 WIB, harga emas Comex kontrak teraktif Juni 2018 turun 10,40 poin atau 0,78% menuju US$1.329,80 per troy ounce. Sepanjang tahun, harga naik 1,20%.

Adapun, pada waktu yang sama, harga emas spot melemah 7,02 poin atau 0,53% menjadi US$1.326,17 per troy ounce. Secara year-todate (ytd), harga tercatat tumbuh 1,79%.

Harga mengalami kejatuhan setelah sempat menyentuh level tertinggi dalam sepekan di atas US$1.340 per troy ounce pada perdagangan Senin (2/4).

Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan menuturkan bahwa harga emas jatuh tertekan oleh dolar yang bertahan di level tertinggi dan pasar ekuitas yang membaik seiring dengan upaya negosiasi antara AS dan China.

Terpantau, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS bertahan di atas level 90,00. Pada perdagangan Kamis (5/4), dolar AS bergerak di kisaran 90,071—90,335.

Greenback sempat menyentuh level terendah dalam hampir 2 bulan seiring dengan naiknya tensi perang dagang dua negara ekonomi terbesar dunia tersebut.

“Upaya negosiasi itu meredakan kekhawatiran perang perdagangan besar—besaran sehingga emas sebagai aset aman alami tekanan,” papar Ahmad dalam publikasi risetnya, Kamis (5/4).

Dilansir Bloomberg, dikabarkan bahwa AS telah menyuarakan kemauan untuk merundingkan resolusi dalam memperdebatkan perdagangan dengan China setelah Beijing membalas tarif AS dengan memberlakukan tarif senilai US$50 miliar terhadap produk AS.

Kendati demikian, analis lain menilai bahwa konflik perang dagang antara AS dan China ini masih memiliki risiko yang cukup besar sehingga harga bullion akan menguat kembali.

“Meskipun ada upaya rekonsiliasi antara AS dan China, investor akan tetap menghindari risiko dengan melakukan diversifikasi ke safe haven,” kata analis Phillip Futures Benjamin Lu.

Adapun, Chief Executive Officer (CEO) di Iamgold Corp Stephen Letwin menuturkan, harga emas akan naik lantaran kurangnya eksplorasi di samping industri global tidak menggantikan cadangan yang telah ditambang.

“Emas memiliki probabilitas yang jauh lebih tinggi untuk bergerak ke atas,” kata Letwin, dilansir dari Bloomberg, Kamis (5/4/2018).

“Ketika industri tidak menggantikan produksi, pada akhirnya harga naik,” lanjutnya.

World Gold Council (WGC) menuturkan bahwa pasokan dunia mungkin telah mencapai puncaknya, sementara Frank Holmes, chief executive officer (CEO) of US. Global Investors Inc. menuturkan bahwa pasokan tambang berakhir pada 2017 atau akan mungkin terjadi pada tahun ini.

“Dikombinasikan dengan inflasi yang rendah dan permintaan yang kuat dari China dan india, ini bisa membantu menaikkan harga menjadi US$1.500 per troy ounce ada akhir tahun dari sekitar US$1.327 per troy ounce saat ini,” ujar Holmes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper