Bisnis.com, JAKARTA-Emiten perunggasan PT Japfa Comfeed Tbk. (JPFA) menargetkan kenaikan pendapatan dan laba bersih di atas 10% pada 2018.
Wakil Direktur Utama Japfa Comfeed Bambang Budi Hendarto menyampaikan, kinerja perusahaan diperkirakan lebih baik pada 2018 seiring dengan stabilnya harga ayam. Pada Februari 2018, sempat terjadi lonjakan harga selama beberapa hari, tetapi kemudian kembali normal.
Oleh karena itu, kinerja JPFA pada kuartal I/2018 akan mengalami perbaikan secara year-on-year (yoy). Dalam setahun penuh, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih bakal mencapai dobel digit.
"Kami perkirakan pertumbuhan dan pendapatan naik double digit, di atas 10% pada 2018. Diharapkan harga ayam stabil sampai akhir tahun [2018]," tuturnya setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Kamis (5/4/2018).
Peningkatan pendapatan dua digit sesuai dengan Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR) Japfa sebesar 14,1% pada 2007-2017. Kontribusi penjualan bersih terbesar diperkirakan masih berasal dari divisi perunggasan sekitar 87%.
Pada 2017, pendapatan perusahaan tumbuh 9,38% yoy menjadi Rp29,60 triliun dari sebelumnya Rp27,06 triliun. Namun, laba bersih anjlok 51,69% yoy menuju Rp997,35 miliar dari 2016 senilai Rp2,06 triliun.
Menurut Bambang, menurunnya laba bersih pada 2017 disebabkan lonjakan laba pada tahun sebelumnya. Pada 2016, laba perusahaan melambung 340,94% yoy menjadi Rp2,06 triliun dari Rp468,23 miliar.
Ada dua faktor utama yang mendorong laba bersih 2016, yaitu penjualan penjualan aset peternakan di Australia senilai US$25 juta dan penguatan rupiah dibandingkan 2015 yang mendongkrak pemasukan hingga Rp500 miliar.
"Jadi sebetulnya laba 2017 itu kembali normal, karena yang 2016 melonjak akibat dua faktor itu," jelasnya.
Terkait kenaikan harga bahan baku pakan, perusahaan memasukannya ke dalam komponen harga jual kepada konsumen, sehingga tidak berpengaruh banyak terhadap laba. Di samping itu, JPFA melakukan hedging kepada pemasok untuk perdagangan berjangka 2-3 bulan ke depan.