Bisnis.com, JAKARTA – Berdasarkan informasi dari Xinhua News Agency pada 2 April 2018, produsen batu bara China memperoleh keuntungan hampir empat kali lipat pada 2017 di tengah penurunan kapasitas di negara tersebut yang memicu pemulihan harga batu bara global.
Menurut Asosiasi Batubara Nasional Cina (CNCA), perusahaan tambang batu bara dengan omset tahunan lebih dari 20 juta yuan (US$3,17 juta) menuai 295,93 miliar yuan laba tahun 2017, naik 290,5% dari tahun sebelumnya.
Omset gabungan mereka naik 25,9% year-on-year (yoy) menjadi 2,54 triliun yuan. Sekitar 90 perusahaan besar menghasilkan laba 145,19 miliar yuan, lebih dari empat kali lipat dari 2016.
Wakil Presiden CNCA Jiang Zhimin mengaitkan kinerja tersebut dengan kenaikan harga yang didorong oleh kampanye nasional untuk mengurangi sektor yang ‘jenuh’.
Mengatasi kelebihan kapasitas dalam industri yang membengkak seperti baja dan batu bara telah menjadi agenda kerja pemerintah dalam beberapa tahun terakhir karena kemerosotan pada produksi menjadi laba perusahaan dan menyeret pertumbuhan ekonomi.
“China memangkas 250 juta ton per tahun kapasitas batu bara pada tahun lalu, mengungguli target tahunan”, papar Zhimin.
Baca Juga
Zhimin menjelaskan, meskipun ada kemajuan yang kuat, mengatasi kelebihan kapasitas tetap menjadi tugas yang berat karena masih ada banyak pabrik pertambangan yang ketinggalan zaman di seluruh negeri.
Cina memiliki lebih dari 3.200 tambang batu bara dengan kapasitas kurang dari 300.000 ton dan hampir 2.000 tambang dengan kapasitas tahunan di bawah 90.000 ton.
Zhimin memperingatkan tentang masalah berkepanjangan di banyak produsen batu bara, termasuk menumpuk utang, kesulitan pembiayaan, dan kekurangan pekerja.
“Beberapa perusahaan belum sepenuhnya keluar dari kesulitan operasi,” tukasnya.
Seperti diketahui, Pemerintah China telah mengumumkan rencana untuk mengurangi lagi 150 juta ton per tahun kapasitas batubara pada tahun 2018 dalam laporan kerjanya.
“Dengan lebih banyak penutupan tambang di bawah standar di wilayah selatan, produksi batubara akan terkonsentrasi pada daerah yang kaya sumber daya dan kompetitif, seperti di Shaanxi dan Mongolia Dalam,” tambahnya.