Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) turun akibat perkiraan kenaikan produksi pada Maret, mengakhiri 4 sesi penguatan berturut—turut.
Harga CPO di bursa Malaysia Derivatif Exchange (MDEX) kontrak teraktif Juni 2018 turun 1% menjadi 2.416 ringgit (US$618,38) per ton pada penutupan perdagangan Jumat (16/3).
Pada sesi sebelumnya, harga telah berhasil menguat 4 sesi beruntun pada level US$2.445 ringgit (US$624,04) per ton di tengah ekspektasi permintaan yang lebih tinggi menjelang ramadan.
Dilansir dari Malaysian Palm Oil Council (MPOC) yang mengutip informasi Reuters, seorang pedagang berbasis di Kuala Lumpur menuturkan bahwa angka produksi CPO kemungkinan akan lebih tinggi pada bulan ini.
“Pasalnya, Maret memiliki hari kerja yang lebih banyak daripada Februari. Hal tersebut mendorong pada hasil yang cenderung meningkat sejalan dengan tren musiman,” ujarnya.
Di samping itu, harga CPO juga dipengaruhi oleh ringgit. Pada Jumat (16/3) mata uang ringgit tercatat menguat setelah mengalami pelemahan 2 sesi berturut-turut.
Baca Juga
Penguatan ringgit, mata uang perdagangan CPO, biasanya memberi tekanan pada minyak goreng karena membuat lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Sebelumnya, harga sempat mencapai level tertinggi sejak 7 Maret, didukung oleh pelemahan ringgit dan kekuatan minyak nabati lainnya. Pergerakan CPO memang dipengaruhi juga oleh pergerakan minyak goreng yang bersaing di pasar minyak nabati global.
Terpantau, minyak terkait seperti minyak kedelai kontrak teraktif Mei 2018 di Chicago Board of Trade (CBOT) turun 0,7%.
Oriental Pacific Futures, salah satu broker yang terdaftar dalam MDEX dalam publikasi risetnya menjelaskan, pada hari ini (19/3) diperkirakan harga CPO akan diperdagangkan lebih rendah ke level support terdekat yaitu 2.368 ringgit per ton karena telah menolak dari level 2.445 ringgit per ton.