Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dinilai masih bergerak cukup positif terhadap dolar AS di tengah kondisi perang dagang AS dan China kendati sempat melemah di penghujung perdagangan Selasa (27/3).
Pada penutupan perdagangan Selasa (27/3), mata uang rupiah ditutup melemah 4 poin atau 0,03% menjadi Rp13.742 per dolar AS.
Padahal pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup menguat 44 poin atau 0,32% menetap di level Rp13.738 per dolar AS.
Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed menuturkan bahwa rupiah dinilai masih dominan terhadap dolar AS di tengah ketidakpastian politik dan isu perdagangan yang semakin memanas.
Kondisi perang dagang diantara dua negara ekonomi terbesar dunia tersebut membuat dolar tertekan sehingga memperkuat mata uang pasar berkembang, termasuk Indonesia.
"Dolar berisiko terus melemah dengan semakin tegangnya situasi perdagangan AS--China sehingga rupiah dapat terus terangkat dan menguat," papar Sayed dalam publikasi risetnya hari ini (27/3/2018).
Kendati demikian, Sayed menambahkan, perhatian pasar akan tertuju pada rilis data pertumbuhan kredit Indonesia pada Rabu. Data tersebut menjadi gambaran total kredit dan sewa sepanjang periode Februari.
Jika data menunjukkan kenaikan pertumbuhan kredit, maka data tersebut akan mampu meningkatkan optimisme terhadap ekonomi Indonesia dan mampu memberi tenaga pada mata uang garuda.
Dorongan positif lain, keputusan Bank Indonesia (BI) yang telah mempertahankan 7-Day Reserve Repo Rate menjadi sebuah langkah antisipasi dalam rangka menjaga stabilitas rupiah di tengah-tengah kondisi perekonomian global yang belum kondusif.