Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah mengalami penguatan setelah momentum kenaikan suku bunga The Fed pertama di tahun ini. Analis menilai bahwa faktor penguatan harga dipengaruhi oleh beragam kombinasi sentimen di samping secara fundamental dianggap masih bagus.
“Secara fundamental, harga minyak masih bagus paska kenaikan suku bunga The Fed,” kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim kepada Bisnis, Minggu (25/3/2018).
“Kenaikan suku bunga The Fed kemarin tidak berdampak negatif bagi komoditas. Dolar melemah dan komoditas naik,” jelasnya.
Ibrahim menjelaskan bahwa setelah kenaikan suku bunga The Fed, pelaku pasar yang berekspektasi adanya kenaikan suku bunga 4 kali pada tahun ini kecewa terhadap pernyataan The Fed yang akan menaikkan suku bunga hanya 3 kali.
Oleh sebab itu, kenaikan tersebut seakan tidak ada artinya dan harga komoditas utama, yakni minyak mengalami penguatan.
Di samping itu, potensi pemberian sanksi pada Iran terkait masalah nuklir juga memberi dampak bagi penguatan harga minyak. Pasalnya, hal tersebut akan menekan produksi dari produsen terbesar kedua OPEC tersebut dan tentunya memberi dampak pada kenaikan harga.
“Sentimen lain, Trump menandatangani kontrak anggaran militer sebesar US$1,3 triliun. Hal itu menunjukkan kebutuhan ekonomi terus membaik sehingga kebutuhan minyak mentah naik,” papar Ibrahim.
Ibrahim menegaskan bahwa ditandatanganinya kontrak tersebut mendorong meningkatnya permintaan minyak mentah secara global sehingga memberi dorongan bagi harga.
Adapun, terkait adanya peningkatan pasokan minyak shale AS, alokasinya akan lebih banyak digunakan untuk konsumsi AS itu sendiri.
“Kebutuhan AS dalam negeri kan banyak walaupun pasokan nambah. Apalagi AS beri sanksi ke Iran,” ujar Ibrahim.