Bisnis.com, JAKARTA - Besarnya pengaruh saham-saham berkapitalisasi besar alias big cap tidak hanya berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG), tetapi juga terhadap kinerja reksa dana pasif yang berbasis indeks.
"Karena reksa dana indeks mayoritas big cap seperti IHSG, maka reksa dana indeks juga mengalami penurunan," kata Head of Investment Division PT BNI Asset Management Susanto Chandra kepada Bisnis.com, akhir pekan lalu.
Berdasarkan data yang dirilis Infovesta Utama, mayoritas return atau imbal hasil yang dihasilkan oleh produk reksa dana indeks sepanjang tahun berjalan memang cukup rendah, yakni pada kisaran 0%-1%.
Untuk reksa dana jenis ini, return tertinggi secara ytd berhasil dicatatkan oleh Indeks MNC36 yang diluncurkan oleh PT MNC Asset Management yang menghasilkan return sebesar 2,07%.
Adapun kinerja terendah ditempati oleh Syailendra Index IDX30 dari PT Syailendra Kapital yakni 0,35%, RHB Sri Kehati Index Fund dari PT RHB Asset Management Indonesia yang sebesar 0,42%, serta PT Panin Assset Management melalui produknya Panin IDX30 yang menghaslkan return 0,53%.
Penyebab utamanya adalah karena turunnya IHSG yang cukup dalam kala itu. Bulan lalu, IHSG sempat berada pada level Rp6.689. Namun pada penghujung bulan tingkat fluktuasi cukup tinggi dan terus merosot hingga pekan lalu.
Penurunan kinerja reksa dana indeks juga diikuti oleh reksa dana saham. Namun menurut Susanto, secara umum reksa dana indeks yang menggunakan acuan LQ45 mengalami penurunan lebih dalam dari rata-rata reksa dana saham dalam satu bulan terakhir.
Dia menambahkan, saat ini para manajer investasi masih menunggu kepastian dari Bank Sentral Amerika Serikat mengenai kebijakan suku bunga acuan ke depan. "Apakah view mereka kenaikan rate ke depannya akan accelerate atau tidak. Setelah itu akan lebih jelas," ujarnya.