Bisnis.com, JAKARTA – Harga bijih besi dan baja China bangkit kembali pada hari Kamis (22/3) setelah tiga sesi penurunan berturut-turut, didukung oleh ekspektasi peningkatan permintaan restocking dari pengguna hilir pada bulan depan.
Harga bijih besi berjangka yang paling aktif diperdagangkan di Dalian Commodity Exchange naik 0,9% menjadi 463 yuan (US$73,13) per ton pada perdagangan Rabu (21/3). Harga bahan baku baja ini sempat menyentuh level 453,5 yuan per ton pada sesi sebelumnya., level terendah sejak 3 November.
Adapun, harga baja tulangan [rebar] berjangka kontrak teraktif Mei 2018 naik 0,5% mencapai 3.654 yuan (US$578,42) per ton setelah pada sesi sebelumnya sempat tenggelam ke level terlemah dalam hampir 5 bulan.
Persediaan baja rebar telah naik ke level tertinggi sejak 2013 menjadi 9,79 juta ton pada Senin, menurut data yang dikumpulkan oleh konsultan SteelHome sehingga memberi tekanan pada harga.
“Kepercayaan pasar berkurang ketika permintaan dinilai akan lebih sedikit akhir tahun ini. Tetapi, hampir pasti bahwa permintaan di sektor hilir akan pulih pada awal April,” kata analis baja di Sinosteel Futures Wang Yilin.
Adapun, pekerja biasanya kembali bekerja seminggu setelah perayaan Tahun Baru Imlek. Pada 2018, negara itu memiliki hari libur nasional terbesarnya pada pertengahan Februari.
Baca Juga
“Stok baja di gudang pedagang mulai turun, menunjukkan bahwa permintaan telah menunjukkan tanda perbaikan,” kata Wang, kendati tidak menyajikan angka penurunan.
Sementara itu, batu bara kokas yang juga digunakan sebagai bahan bakar pembuatan baja mengalami kenaikan. Kontrak batu bara kokas tercatat naik 1,5% menjadi 1.305 yuan (US$206) per ton pada waktu yang sama.
Riset BMI pada hari Rabu menaikkan perkiraan harga batu bara kokas antara 2018 dan 2020 menjadi US$180 per ton dari sebelumnya US$160 ton. Namun, diproyeksikan juga bahwa harga akan melemah pada kuartal kedua dan ketiga di tahun ini, tertekan oleh perlambatan lanjutan dalam pertumbuhan produksi baja di China.