Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah untuk pertama kalinya dalam empat sesi karena bursa saham global melemah menyusul pertumbuhan produksi minyak yang melonjak dari pengebor minyak shale AS.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman April, yang berakhir pada Selasa, turun 0,4% atau 0,28 poin ke level US$,06 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai 30% di bawah rata-rata 100-hari.
Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Mei turun 0,16 poin ke level US$66,05 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Patokan global berada pada premium US$3,92 untuk WTI dengan kontrak bulan yang sama.
Dilansir Bloomberg, investor melakukan aksi jual saham karena menurunnya minat kepemilikan aset berisiko di seluruh dunia. Kecemasan itu bergejolak hingga pasar minyak mentah yang belum terselesaikan oleh peningkatan aktivitas pengeboran oleh pengebor minyak shale AS serta kenaikan cadangan minyak yang telah meningkat dalam enam dari tujuh pekan terakhir.
"Kami harus terus [melihat meningkatnya produksi dan persediaan AS]. Jika kita melihat aksi jual saham lebih lanjut, pelemahan minyak mentah mungkin akan makin dalam,” ungkap Tariq Zahir, manajer investasi komoditas Tyche Capital Advisors LLC, seperti dikutip Bloomberg.
Penguatan minyak mentah AS telah terhenti bulan ini setelah mencatat penurunan bulanan terburuk dalam setengah dekade terakhir pada Februari. Peningkatan output minyak mentah AS telah menekan upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk mengurangi pasokan global.
Pada hari Minggu, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan negaranya tetap berkomitmen pada pakta yang dipimpin OPEC untuk membatasi pasokan, yang mungkin perlu diperpanjang hingga 2019.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan, para produsen minyak OPEC dan sekutu fokus pada implementasi penuh pembatasan output yang dimaksudkan untuk mengurangi kelebihan pasokan.