Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA 2017: Laba Bersih Semen Indonesia (SMGR) Tergerus 55,53%

Keuntungan yang dikantongi emiten semen pelat merah, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., periode 2017 tergerus 55,53%.
Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Hendi Prio Santoso, mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Selasa (23/1)./JIBI-Dwi Prasetya
Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Hendi Prio Santoso, mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Selasa (23/1)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Keuntungan yang dikantongi emiten semen pelat merah, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., periode 2017 tergerus 55,53%.

Berdasarkan laporan keuangan 2017 yang dirilis, Senin (19/3/2018), Semen Indonesia mengantongi pendapatan Rp27,81 triliun. Jumlah tersebut naik tipis atau 6,42% dari pencapaian 2016 Rp26,13 triliun.

Sementara itu, beban pokok pendapatan emiten berkode saham SMGR itu naik 22% dari Rp16,27 triliun pada 2016 menjadi Rp19,85 triliun pada 2017.

Dengan demikian, SMGR membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk Rp2,01 triliun pada 2017. Pencapaian tersebut turun 55,53% dari tahun sebelumnya senilai Rp4,52 triliun.

Kondisi tersebut membuat laba per saham dasar perseroan ikut tergerus. Nilai laba per saham dasar turun dari Rp762 per lembar pada 2016 menjadi Rp340 per lembar pada 2017.

Pekan lalu, Direktur Utama Semen Indonesia Hendi Prio Santoso menjelaskan bahwa persaingan di industri semen membuat harga jual tertekan pada 2017. Pada saat bersamaan, kenaikan harga batu baru, yang berkontribusi 30%-40% dalam biaya operasional, naik 30% pada tahun lalu.

Selain itu, Hendi mengatakan, terjadi kenaikan biaya pengangkutan dan pemasaran. Oleh karena itu, SMGR bakar mengontrol sejumlah faktor seperti sumber daya dan biaya lainnya untuk melakukan efisiensi pada 2018.

Sebagai catatan, laba bersih SMGR tahun lalu menjadi yang terendah dalam rentang 2013-2017. Secara detail, jumlah yang dikantongi pada periode tersebut yakni 2013 (Rp5,37 triliun), 2014 (Rp5,55 triliun), 2015 (Rp4,52 triliun), dan 2016 (Rp4,52 triliun).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper