Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor bijih besi dari Australia diperkirakan akan meningkat pada kuartal I/2018. Hal tersebut mendorong penguatan harga setelah mengalami penurunan 11 sesi perdagangan berturut-turut.
Sanford C. Bernstein & Co., LLC memproyeksikan total ekspor dari produsen bijih besi top utama dunia meningkat, didorong oleh kontribusi perusahaan produsen ternama.
“Total pengiriman kemungkinan meningkat 7,1% secara year on year (yoy) menjadi 299,3 juta ton pada kuartal I/2018,” paparnya, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (15/3/2018).
Angka tersebut naik dari ekspektasi sebelumnya pada pekan lalu dengan kenaikan hanya mencapai 298,4 juta ton.
Menurut data Global Ports di Noon Iron yang dikompilasi dengan Bloomberg, total pengiriman bijih besi dari Australia mencapai 14,8 juta ton pada minggu yang berakhir pada 12 Maret. Angka tersebut lebih tinggi dari minggu sebelumnya sebesar 14,4 juta ton.
Diantaranya, ekspor dari pelabuhan Hedland mencapai 8,3 juta ton. Pelabuhan tersebut digunakan oleh penambang termasuk BHP Billiton Ltd, Fortescue Metals Group Ltd, dan Roy Hill Holdings Pty.
Sementara kontribusi dari pelabuhan Cape Lambert dan Dampier masing-masing sebanyak 4,1 juta ton dan 2,4 juta ton. Cape Lambert dan Dampier biasa digunakan oleh penambang seperti Rio Tinto Group.
Peningkatan ekspor dan ekpektasi kenaikan pada kuartal ini memberi tenaga pada harga bijih besi yang sempat melemah cukup tajam dalam hampir 2 minggu terakhir.
Harga bijih besi di bursa Dalian Commodity Exchange kontrak teraktif Mei 2018 rebound lebih dari 1% menjadi US$76,77 per ton pada perdagangan Rabu (14/3/2018).
Harga melanjutkan penguatan hampir 1% pada perdagangan Kamis (15/3) pukul 16.00 WIB menjadi US$77,46 per ton. Sebelumnya, harga mengalami pelemahan 11 sesi berturut-turut dari level US$87,09 per ton pada 26 Februari 2018.