Bisnis.com, JAKARTA — PT Maybank Kim Eng Sekuritas menilai tekanan yang terjadi pada pasar obligasi sepanjang sisa tahun ini tidak akan lagi terlampau tinggi seperti yang sudah terjadi sebulan belakangan setelah pasar price in terhadap sentimen-sentimen yang ada.
Wilianto Ie, Presiden Direktur MKE Sekuritas, mengatakan bahwa pasar obligasi Indonesia masih relatif kuat dengan dukungan likuiditas yang tinggi dari investor dalam negeri serta disokong pula oleh fundamental ekonomi yang solid.
Dirinya menilai, tekanan yang terjadi di pasar obilgasi dalam sebulan belakangan akan cenderung tertahan dan tidak lagi turun terlampau dalam. Lagi pula, tekanan yang terjadi ini semata-mata disebabkan karena sentimen eksternal meningkatkan ekspektasi inflasi di Amerika Serikat.
Wilianto mengatakan, meningkatnya ekspektasi inflasi akibat data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang membaik pada Januari lalu menyebabkan pasar mulai mengantisipasi kemungkinan the Fed meningkatkan suku bunga lebih dari 3 kali.
Hal tersebut menyebabkan tekanan jual pada instrumen surat utang di pasar negara berkembang. Koreksi yang terjadi di pasar obligasi Indonesia saat ini disebabkan karena hal tersebut.
Sementara itu, lanjutnya, Bank Indonesia tampaknya tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga BI 7DRR, meskipun the Fed akan sangat agresif dengan kebijakan suku bunganya. Kalaupun naik, kemungkinan peningkatan BI 7DRR hanya akan terjadi 1 kali tahun ini.
“Potensi kenaikan suku bunga kita itu hanya 25 bps tahun ini, situasinya harusnya tidak terlalu banyak tekanan. Bond yield itu sudah naik lebih dari 20 bps sepanjang tahun ini. Jadi, market seharusnya sudah price in saat ini. Risikonya sudah tidak terlalu banyak seperti sebulan terakhir,’ katanya, usai membuka perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (13/3/2018).
Adapun, sepanjang tahun berjalan, indeks obligasi komposit Indonesia atau ICBI sudah mengalami koreksi sebesar 0,87% year to date hingga Senin (12/3/2018).