Bisnis.com, JAKARTA – National Australia Bank (NAB) Group Economics yang dipimpin oleh Riki Polygenis sebagai Head of Australian Economics and Commodities Research menuturkan dalam laporan publikasinya bahwa defisit pasar tembaga pada tahun ini diekspektasikan lebih kecil.
“Gangguan pasokan akibat cuaca dan perselisihan tenaga kerja akan tetap konstan, kami tidak melihat adanya dampak yang akan sama parahnya dengan 2017,” papar Polygenis.
Sebagai informasi, pada tahun lalu isu pengurangan suplai telah berlangsung sejak awal tahun. Terjadi pemberhentian produksi di tambang Garsberg dan perseteruan antara BHP Billiton Ltd., dengan pekerja di tambang Escondida, Chile sehingga menimbulkan penurunan produksi dan berimbas pada penguatan harga.
Di samping itu, Polygenis menuturkan, peleburan tembaga papan atas China menurunkan treatment and refining charge (TC/RC) untuk kuartal I/2018, hal itu dinilai menandakan pasokan konsentrat yang lebih ketat. Sementara itu, pada kuartal II/2018, pasokan konsentrat diperkirakan akan meningkat.
“Namun secara keseluruhan tidak memiliki dampak substansial pada pasokan,” lanjutnya.
Dari segi permintaan, diperkirakan permintaan China menjadi lamban kendati cenderung stabil. Ekspektasi penurunan yang dimaksud lebih karena melambatnya pertumbuhan prospek pasar properti.
Sementara itu, dari segi harga, Polygenis memproyeksikan harga tembaga pada tahun ini diperkirakan masih tetap bertahan dengan banyaknya volatilitas yang terlihat di pasar ekuitas.
“Secara keseluruhan, kami memperkirakan defisit pasar lebih kecil di 2018, dengan harga rata-rata US$7.020 per ton,” tambahnya.
Sebelumnya, International Copper Study Group (ICSG) memproyeksikan, defisit pasar tembaga mencapai 105.000 ton pada 2018, sedikit turun dari tahun sebelumnya sebesar 181.000 ton.