Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dirut PTBA: Ini Strategi Perusahaan Terkait DMO

PT Bukit Asam Tbk., (PTBA) menyatakan dukungan terhadap kebijakan pnentuan harga cuan batu bara untuk PLTU senilai US$70 per ton. Oleh karena itu, manajemen berharap pelaku pasar tetap optimistis dengan kinerja perseroan.
PTBA. /Bisnis.com
PTBA. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--PT Bukit Asam Tbk., (PTBA) menyatakan dukungan terhadap kebijakan pnentuan harga cuan batu bara untuk PLTU senilai US$70 per ton. Oleh karena itu, manajemen berharap pelaku pasar tetap optimistis dengan kinerja perseroan.

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk., (PTBA) Arviyan Arifin mengatakan, penetapan harga DMO batu bara US$70 per ton hanya berpengaruh kecil terhadap kinerja perusahaan. Pasalnya, penetapan harga US$70 per ton hanya mencakup 25% dari total penjualan, sehingga PTBA masih bisa memasarkan 75% selebihnya sesuai harga normal.

Dia menggambarkan jika 25% dikali US$70 hasilnya US$17,50. Selanjutnya, 75% dikali harga normal saat ini US$105 ialah US$78,75. Bila dijumlahkan, artinya rerata harga jual batu bara masih berkisar US$96,25 per ton.

"Kalau harga rata-rata masih US$96 per ton, itu kan masih di atas tahun lalu. Jadi pengaruhnya minim terhadap [kinerja] kita," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (9/3).

Di samping itu, penetapan harga US$70 per ton masih di atas rerata harga normal pada periode 2014--2015 sekitar US$60 per ton. Jadi, keputusan penetapan harga DMO US$70 per ton dinilai cukup baik.

Sebagai perusahaan milik negara, tentunya PTBA mendukung upaya pemerintah agar PLN tidak menaikkan tarif listrik sampai 2019.

Berdasarkan perhitungan Bisnis.com, harga jual rerata batu bara PTBA sepanjang kuartal III/2017 ialah US$57,54 per ton. Harga jual ke masing-masing PLTU juga berbeda. Misalnya ke PLTU Tarahan, harga jual dalam 9 bulan pertama 2017 hanya sebesar US$49,7 per ton.

Arviyan menyampaikan, pada tahun ini perusahaan akan melakukan produksi perdana batu bara berkalori tinggi dengan spesifikasi 6.300-7.200 Kcal/kg. Keuntungan dari penjualan ekspor batu bara berkalori tinggi nantinya dapat mengompensasi koreksi pendapatan akibat kebijakan DMO.

"Ongkos menambang dan mengangkut [batu bara] kalori rendah atau kalori tinggi sama saja, tetapi harga jual berbeda. Jadi mudah-mudahan market tetap confident terhadap PTBA," paparnya.

Pada 2018, produksi batu bara perseroan diperkirakan naik 6% yoy menjadi sekitar 25,53 juta ton dari realisasi 2017 sebesar 24,06 juta ton.Volume produksi pada tahun lalu meningkat 20,60%yoy dari tahun sebelumnya sebanyak 19,95 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper