Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja saham PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. masih belum dapat kembali ke level harga initial public offering-nya yang sebesar Rp400 per saham. Meski begitu, tampaknya emiten dengan ticker GMFI ini punya prospek cukup positif untuk menopang kenaikan harga sahamnya.
GMFI berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 13,02% yoy menjadi US$439,28 juta pada tahun 2017. EBITDA berhasil tumbuh sebesar 4,3% yoy menjadi US$79,7 juta, tetapi laba bersih mengalami penurunan 11,77% yoy menjadi US$50,94 juta.
Tim analis MNC Sekuritas dalam riset bulan ini mengungkapkan bahwa GMFI memiliki target untuk menguasai pangsa pasar maintenance, repair dan overhaul (MRO) pesawat terintegrasi lebih dari 50% pada 2022.
Tahun ini, perseroan diperkirakan menguasai pangsa pasar 35%, sementara 18% dimiliki MRO lokal lainnya, dan total 47% dikuasai oleh asing. Perseroan menyiapkan banyak langkah strategis untuk memantapkan ekspansi bisnis perseroan di dalam negeri dan di pasar internasional, seperti Korea, Singapura, dan Australia.
Dalam RUPSLB terakhir perseroan juga memutuskan untuk melakukan private placement dengan menerbitkan 2,33 miliar saham baru atau setara 8,28% dari modal ditempatkan dan disetor. Aksi korporasi tersebut akan dialokasikan 60% untuk investasi dan 40% untuk modal kerja operasional.
Menurut data perseroan, pangsa pasar MRO global akan meningkat rata-rata 5,08% per tahun untuk periode 2016-2020 sejalan dengan meningkatnya market share Asia Pasifik, India dan China rata-rata sebesar 9,8% per tahun pada 2016-2020.
Baca Juga
Dengan adanya penambahan modal, perseroan dapat meningkatkan kapabilitas dalam memberikan jasa MRO. Namun, perseroan yang masih dalam pengembangan kapabilitas belum memiliki perizinan seperti yang dimiliki SIA Enginering Company Ltd (SIAEC), kompetitor terdekatnya di Singapura.
CAMRO memperkirakan nilai bisnis perawatan pesawat domestik yang akan terus tumbuh 11% dalam 5 tahun ke depan akan memacu para pesaing perseroan untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas.
“Kami merekomendasikan beli untuk GMFI dengan TP Rp465 yang mengimplikasikan PE dan PBV masing-masing 13,20x dan 1,92 kali berdasarkan estimasi kinerja 2018. Kami percaya, penandatanganan kontrak perseroan dengan Aviasi dan MRO lainnya berpotensi meningkatkan pertumbuhan perseroan di masa mendatang,” ungkap tim riset MNC.
Ariyanto Kurniawan, Analis Mandiri Sekuritas, juga memberikan rekomendasi beli atas saham GMFI dengan target harga lebih tinggi, yakni Rp500.
Menurutnya, dengan pengalaman lebih dari 65 tahun bergerak di industrinya, GMFI mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan lalu lintas udara di Indonesia, penetrasi yang tinggi untuk LCC, dan penyedia MRO lokal yang mumpuni.
Meski begitu, sejumlah risiko kunci yang perlu diwaspadai terhadap kinerja GMFI yakni lambannya pertumbuhan ekonomi, naiknya gaji karyawan, tingginya ketergantungan pada tawaran pelanggan, dan risiko pelaksanaan proyek.