Bisnis.com, JAKARTA - Morgan Stanley memprediksi alokasi investasi dana pensiun di pasar saham pada 2018 bertambah US$2,3 miliar atau setara dengan Rp32 triliun.
Equity Strategist Morgan Stanley Sean Gardiner dan Equity Analyst Morgan Stanley Aarti Shah dalam laporannya menyampaikan, arus investor domestik pada 2018 masih mendominasi pasar saham. Salah satu penopang investasi dalam negeri ialah alokasi dana pensiun dari PT Taspen (Persero) dan BPJS Ketenagakerjaan.
"Kendati demikian, untuk mewujudkan skenario bullish IHSG kami sebesar 15%, diperlukan investor asing untuk kembali ke pasar modal Indonesia," papar keduanya dalam laporan bertajuk Indonesia: Domestic Flows to Support Equities, Jumat (9/2/2018).
Menurut Gardiner dan Shah, Taspen diperkirakan mengalokasikan tambahan investasi ke pasar saham sekitar Rp19 triliun-Rp20 triliun atau setara dengan US$1,5 miliar pada 2018 menjadi Rp34 triliun. Tahun lalu, volume investasi perusahaan ke pasar saham sejumlah Rp15 triliun.
Secara keseluruhan, total alokasi investasi Taspen pada 2018 meningkat menjadi Rp229 triliun dari sebelumnya Rp208 triliun. Adapun, porsi portofolio di pasar saham bertumbuh menjadi 15% dari 2017 sebesar 7%.
Sementara itu, BPJS Ketenagakerjaan diproyeksi menambah alokasi investasi ke pasar saham sekitar Rp12 triliun atau setara dengan US$800 miliar menjadi Rp72 triliun. Tahun lalu, besaran investasi lembaga tersebut di equity mencapai Rp60 triliun.
Baca Juga
Total alokasi investasi BPJS Ketenagakerjaan pada 2018 meningkat menuju Rp378 triliun dari tahun lalu sejumlah Rp317 triliun. Porsi portofolio saham stabil di posisi 19% pada tahun ini, atau sama dengan 2017.
"Penopang gencarnya arus investasi domestik juga ditopang penambahan portofolio dapen di pasar saham senilai US$2,3 miliar," tulisnya.
Gardiner dan Shah menyampaikan, salah satu pertimbangan investor asing melakukan profit taking di pasar saham ialah valuasi yang dianggap terlampau tinggi. Kendati demikian, masih ada sejumlah faktor yang menopang kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pertama, keyakinan stabilitas politik. Kondisi tersebut mendorong meningkatnya aktivitas sektor swasta, sehingga pertumbuhan pendapatan emiten dapat mencapai dua digit.
Kedua, perbaikan konsumsi yang kemungkinan besar membutuhkan peringanan pajak. Ketiga, efek multiplier dari investasi infrastruktur.
Tahun lalu, IHSG ditutup di level 6.355,65 dan mencatatkan return 19,99%. Bila proyeksi Morgan indeks bertumbuh 15% pada 2018, maka IHSG berpotensi mencapai level 7.308,99.