Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Berbalik Memerah, Pelemahan Rupiah Menipis

Rupiah ditutup melemah 0,15% atau 20 poin di Rp13.540 per dolar AS, lebih tinggi dibandingkan posisi rupiah di awal perdagangan yang dibuka dengan pelemahan 0,37% atau 50 poin ke level Rp13.570 per dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Pelemahan nilai tukar rupiah ditutup menipis di akhir perdagangan hari ini, Selasa (6/2/2018), meskipun belum mampu berbalik ke zona hijau.

Rupiah ditutup melemah 0,15% atau 20 poin di Rp13.540 per dolar AS, lebih tinggi dibandingkan posisi rupiah di awal perdagangan yang dibuka dengan pelemahan 0,37% atau 50 poin ke level Rp13.570 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan Senin (5/2/2018), rupiah ditutup terdepresiasi 0,51% atau 68 poin di posisi Rp13.520. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.517 – Rp13.621 per dolar AS.

Adapun indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau berbalik melemah 0,11% atauy 0,102 poin ke level 89,452 pada pukul 16.04 WIB setelah dibuka dengan penguatan 0,07% di posisi 89,616.

Indeks dolar AS sempat menguat di saat pelemahan pada saham global mendorong investor mengurangi eksposur terhadap aset yang lebih berisiko dan mencari perlindungan pada greenback yang relatif aman.

Namun pada awal perdagangan Eropa pada hari Selasa, dolar berbalik melemah, dengan pasar mata uang tidak menunjukkan pergerakan panik yang terlihat di aset lainnya.

Euro menguat 0,4% dan diperdagangkan di atas level US$1,2417, membalikkan pelemahan pada Senin.

"Kami melihat beberapa tanda klasik di pasar mata uang, dengan yen dan franc Swiss bergerak lebih tinggi. Tapi tidak ada yang dramatis," kata Alvin Tan, pakar analis valuta di Societe Generale, seperti dikutip Reuters..

"Cukup adil untuk mengatakan bahwa dolar didukung namun tetap cukup moderat," katanya.

Tan mengatakan jika aksi jual aset berisiko berlanjut, dia memperkirakan dolar akan menguat terhadap mata uang terkait komoditas seperti dolar Australia dan Kanada namun masih berjuang terhadap euro dan yen.

Sementara itu, mayoritas mata uang lainnya di Asia terpantau menguat, dipimpin renminbi China yang menguat 0,33%, disusul baht Thailand yang naik 0,29%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper