Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perdagangan Batu Bara Bakalan Terus Membara

Perdagangan batu bara terus mengalami penguatan seiring dengan naiknya permintaan dari China, sehingga diperkirakan pada kuartal I/2018 harga bergerak di kisaran US$103 US$108 per ton.
Aktivitas di area pertambangan batu bara PT Adaro Indonesia, di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10)./JIBI-Nurul Hidayat
Aktivitas di area pertambangan batu bara PT Adaro Indonesia, di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan batu bara terus mengalami penguatan seiring dengan naiknya permintaan dari China, sehingga diperkirakan pada kuartal I/2018 harga bergerak di kisaran US$103 – US$108 per ton.

Batu bara di Newcastle kontrak teraktif Februari 2018 mengalami kenaikan 1,30% menjadi US$109,55 per ton pada Senin (29/1), mencatat level tertinggi sepanjang tahun berjalan.

Dikutip dari Bloomberg, harga batu bara mencapai rekor tertinggi setelah 4 produsen listrik nasional di China menginformasikan potensi kekurangan bahan bakar pemanas dan listrik, seiring dengan adanya badai salju terburuk yang melanda provinsi bagian tengah dan selatan China.

Pada pekan lalu, keempat perusahaan penyedia daya meliputi China’s State Power Investment Corp, China Datang Corp, China Huaneng Group, dan China Huadian Corp meminta pemerintah untuk meningkatkan pasokan batu bara guna memenuhi permintaan di tengah kondisi cuaca dingin.

Harga batu bara telah melonjak lebih dari 10% pada tahun Anjing Tanah ini, memperpanjang reli selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, ada lonjakan permintaan dari perusahaan produsen listrik di China untuk memenuhi kebutuhan saat cuaca dingin.

“Reli harga didorong oleh cuaca badai salju di seluruh negeri yang telah memblokir jalan raya dan transportasi kereta api di beberapa tempat, sehingga mendorong permintaan untuk [alat] pemanas,” kata Xu Bo, analis di Haitong Futures.

Menurut Bo, saat ini pasar cukup kesulitan jika harus mengurangi pasokan batu bara global dalam waktu yang singkat, kendati pemerintah Beijing terus berupaya untuk beralih dari batu bara ke gas alam sebagai bagian dari memerangi polusi udara.

Pasalnya, Negeri Panda masih berada pada kondisi cuaca dingin yang membutuhkan lebih banyak batu bara sebagai bahan bakar untuk pemanas.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper