Bisnis.com, JAKARTA – Diaturnya peredaran taksi berbasis aplikasi dinilai tidak akan berdampak signifikan pada kinerja emiten taksi reguler, PT Express Transindo Utama Tbk., perusahaan pemilik jaringan taksi Express.
Pasalnya, emiten dengan kode saham TAXI tersebut kehilangan sebagian besar kue pelanggannya tidak hanya karena keberadaan taksi online, tetapi juga direbut oleh kompetitornya, seperti Blue Bird. Kinerja TAXI yang tahun lalu membukukan rugi atau net loss dinilai harus terlebih dahulu ditangani perseroan.
Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan mengungkapkan dalam beberapa tahun terakhir, keberadaan taksi daring telah memengaruhi fundamental perusahaan taksi reguler. Pembatasan dan pengawasan taksi online akan memberikan sentimen positif bagi emiten taksi konvensional.
“Fundamental Blue Bird sudah teruji, namun Express relatif cukup berat. Di sektor taksi konvensional, BIRD mengambil kue perusahaan lain. Akhirnya Express mengalami penurunan karena tidak mampu mempertahankan kue konsumennya,” jelas Alfred di Jakarta, Senin (29/1).
Alfred menyebut Express Transindo perlu memberikan katalis terlebih dahulu pada pasar sebelum memulai penetrasi lanjutan untuk merebut kue dari pembatasan dan pengawasan operasional taksi online.
Kementerian Perhubungan juga mencatat selama taksi daring masuk ke Indonesia, jumlah perusahaan taksi reguler yang mampu mengoperasikan armadanya turun drastis. Dari 36 perusahan taksi reguler, hanya tersisa 9 perusahaan yang masih bertahan.
Berdasarkan laporan keuangan TAXI yang dipublikasikan perusahaan, selama periode Januari—September 2017 perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp231,62 miliar atau anjlok 121,3% dibandingkan capaian pada periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp512,57 miliar.
Selain itu, pada periode yang sama perusahaan mencatatkan rugi usaha sebesar Rp157,92 miliar, setelah pada periode sama tahun sebelumnya mencatatkan laba sebesar Rp46,29 miliar.