Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Output Aluminium China Naik 15,3%

Produksi aluminium China pada pada periode Desember tercatat rebound ke level tertinggi sejak Juni lantaran perusahaan milik negara/ Aluminium Corp of China (Chinalco) meluncurkan kapasitas barunya.

Bisnis.com, JAKARTA – Produksi aluminium China pada pada periode Desember tercatat rebound ke level tertinggi sejak Juni lantaran perusahaan milik negara/ Aluminium Corp of China (Chinalco) meluncurkan kapasitas barunya.

Berdasarkan data Biro Statistik Nasional/ National Bureau of Statistics (NBS), produsen aluminium terbesar di dunia tersebut menghasilkan 2,71 juta ton logam pada Desember 2017, naik 15,3% dari periode November sebesar 2,35 juta ton. Namun masih tercatat turun 1,8% dari tahun sebelumnya. Angka tersebut juga lebih rendah dari estimasi sebanyak 2,98 juta ton, 9,1% lebih tinggi dari jumlah resmi NBS.

“Setahun penuh, China memproduksi 32,27 juta ton aluminium, naik 1,6% dari 2016,” papar NBS, seperti dilansir dari Reuters.

Adapun sepanjang tahun ini, NBS memprediksi output aluminium akan mencapai 36 juta ton, atau naik 10,36% dari tahun lalu.

Output aluminium pada periode November mengalami penurunan 7,8% dari bulan sebelumnya lantaran adanya pemangkasan produksi sebanyak 30% di beberapa pabrik peleburan aluminium di China sebagai bagian dari tindakan keras pemerintah terhadap polusi udara.

Para analis menuturkan, lonjakan output yang terjadi pada periode Desember menunjukkan dimulainya kapasitas peleburan baru di Mongolia oleh Chinalco dan provinsi selatan Guangxi, wilayah yang tidak diharuskan mengurangi kapasitas di bawah tindakan keras pencemaran udara.

Paul Adkins, managing director AZ China mengatakan, sebanyak 357.000 ton kapasitas peleburan tahunan mulai beroperasi pada bulan lalu, sehingga Desember menghasilkan output yang lebih banyak dari November.

Sementara analis CLSA di Hongkong Victor You memperkirakan sekitar 3,6 juta ton kapasitas peleburan aluminium baru bisa mulai beroperasi di China pada 2018 ini, setara dengan lebih dari 11% dari produksi di tahun lalu.

Namun, data tersebut kemungkinan akan menimbulkan perdebatan mengenai dorongan pemerintah selama bertahun—tahun untuk menyingkirkan kelebihan kapasitas. Di samping itu, juga dapat meningkatkan ketegangan dengan produsen rivalnya, seperti Amerika Serikat dan Eropa yang menuduh Pemerintah Beijing mengekspor logam yang tidak diinginkan ke pasar internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper