Bisnis.com, JAKARTA—Emiten produsen minyak dan gas PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) mendapatkan restu untuk melakukan dua aksi korporasi, yakni buyback saham dan restrukturasi utang melalui penerbitan saham baru.
VP Investor Relations ENRG Herwin Hidayat menyampaikan, para pemegang saham sudah menyetujui dua agenda dapat dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) kedua. Jumlah pemegang saham yang hadir mencapai 32,7%, setelah RUPSLB pada 20 Desember 2017 belum kuorum.
Agenda pertama ialah melakukan buyback 2 lembar saham seri B dengan nominal Rp100 dari pembeli siaga. Sebelumnya pada Juni 2017 perusahaan melakukan reverse stock 8 lembar saham seri B nominal Rp100 menjadi Rp800.
“Reverse stock menyisakan 2 saham seri b nominal Rp100 di stand buy buyer. Jadi agenda pertama adalah untuk persetujuan membeli 2 sisa lembar saham itu,” paparnya setelah RUPSLB, Rabu (10/1/2018).
Agenda kedua ialah penerbitan 4,2 miliar lembar saham seri B baru dengan nominal Rp100 dan harga pelaksanaan Rp104 kepada 5 kreditur. Nilainya mencapai US$32,87 juta atau Rp437,19 miliar. Aksi korporasi ini bertujuan merestrukturisasi utang perusahaan.
Kelima kreditur itu ialah Greenwich International Ltd., Stallion Invesment Pte Ltd., Ultrapro Ltd., PT Wira Cipta Perkasa, dan PT Prime Petroservices. Masing-masing perusahaan memiliki nilai utang yang dikonversi senilai Rp309,89 miliar, Rp32,73 miliar, Rp67,49 miliar, Rp8,87 miliar, dan Rp18,21 miliar.
Chief Financial Officer Erdoardus Windoe menyampaikan, setelah disetujui dalam rapat proses pendaftaran dan pendistribusian saham baru membutuhkan waktu 14 hari agar dapat dieksekusi.
Penerbitan saham baru kepada 5 kreditur membuat debt to equity ratio ENRG menjadi 2,4x. Sebelum terjadi konversi utang ke saham, DER mencapai 3,6x.
Total liabilitas per Juni 2017 sebesar US$857,11 juta pun berkurang menjadi US$824,23 juta. Pengurangan utang senilai US$32,87 juta sebagai bagian private placement juga menjadi tambahan untuk ekuitas.
“Strategi kami memang mengurangi utang-utang perseroan dalam jangka panjang. Namun dalam waktu dekat baru aksi korporasi ini yang berjalan,” paparnya.
Rencana Ekspansi
Erdoardus menyampaikan, perusahaan berencana melakukan ekspansi untuk meningkat pendapatan seiring dengan memanasnya harga komoditas energi. Saat ini, permasukan ENRG lebih banyak ditopang oleh penjualan gas alam.
Dua blok yang menjadi andalan perusahaan ialah Bentu PSC di Riau dan Kangean PSC di Jawa Timur. Per kuartal III/2017, Bentu menghasilkan gas sejumlah 47,5 Million Standard Cubic Feet per Day (MMscfd), sedangkan Kangean memproduksi 42 barel per hari (bph) dan gas alam 104,4 MMSCFD.
Namun, ENRG hanya memegang 50% saham di Kangean PSC. Pada 2018, Bentu dan Kangean masing-masing mengalokasikan belanja modal sejumlah US$260 juta dan US$70 juta.
“Kedua blok ini yang paling signifikan dalam menyerap capex, sedangkan yang lainnya terbilang kecil,” tuturnya.
Menurut Erdoardus, dengan harga minyak yang kian memanas, perusahaan berencana mengaktifkan kembali Blok Tonga PSC di Sumatera Utara. Aktivitas penambangan minyak di titik tersebut sudah dihentikan sejak 2015 akibat tersungkurnya harga komoditas tersebut.
Direncanakan Blok Tonga yang 95% sahamnya dimiliki ENRG dapat berproduksi pada awal tahun ini. Dengan estimasi output minyak sejumlah 500 bph dan harga minyak US$60 per barel, perusahaan dapat mengantongi pemasukan US$900.000 per bulan.
“Blok Tonga akan kita aktifkan kembali awal tahun ini, melihat harga minyak yang ekonomis. Saat ini kan Brent sudah US$69 per barel. Nantinya berkontribusi sampai dengan US$900.000 per bulan terhadap pendapatan perusahaan,” imbuhnya.
Pengoperasian Blok Tonga diperkirakan tidak memakan biaya tinggi, karena peralatan dan infrastruktur sudah memadai. Saat ini, ENRG baru menghasilkan minyak dari Blok Malacca dengan kapasitas produksi 2.000—2.500 bph.