Bisnis.com, JAKARTA – Strategi Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk mengakhiri banjirnya pasokan minyak mentah dunia menimbulkan malapetaka bagi armada supertanker yang mengangkut bahan bakar antarbenua.
Terpantau, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) telah mencapai level di atas US$62 per barel di New York Merchantile Exhcange pada Selasa (9/1). Adapun minyak Brent telah mencapai level di atas US$68 per barel di ICE Futures Europe yang berbasis di London.
Dilansir dari Bloomberg, seiring dengan menguatnya harga minyak mentah sejak kebijakan pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya, pendapatan rata-rata supertanker turun pada tahun 2017, jauh dari perkiraan analis. Kini, perpanjangan pemangkasan produksi juga diberlakukan sepanjang 2018, sehingga semakin membuat seret pendapatan.
Supertanker minyak atau Very Large Crude Carrier (VLCC) dikenal dalam industri ini sebagai pembawa minyak mentah yang sangat besar yang mengangkut sekitar 2 juta barel per hari (bpd). Secara khusus, pengiriman telah menurun ke China dan Jepang dari Arab Saudi, Iran, dan Uni Emiret Arab.
“Pemotongan ini mengurangi jumlah muatan dari Timur Tengah ke Asia secara signifikan pada saat sejumlah kapal besar baru dibuat,” kata Oliver Jakod, Managing Director di Petromatrix GmbH di Zug, Switzerland.
Data Clarkson Research Service Ltd. menunjukkan, penghasilan supertanker merosot 57% menjadi rata—rata US$17.794 per hari pada tahun lalu, terendah sejak 2009.
Baca Juga
Harga minyak dan pendapatan kapal tanker sering bergerak berlawanan arah. Pada 2013, setahun ketika minyak mentah Brent mencapai hampir US$120 per barel, supertanker memperoleh rata—rata US$18.621 per hari. Pada 2015, di tengah kemerosotan harga minyak, kenaikan harian bisa melonjak menjadi rata-rata US$64.846.
Clarkson Research Service Ltd. menuturkan, armada supertanker global diperkirakan meningkat 4% pada tahun ini setelah tumbuh 5,3% pada tahun lalu dan 7,4% pada 2016.
Sementara data Baltik Exchange menunjukkan, sejak Juni 2017, Brent melonjak 51% ke level tertinggi dalam lebih dari 3 tahun dengan diperdagangkan sekitar US$68 per barel. Penghasilan pada supertanker merosot 69% pada 2017 sampai akhir tahun dengan rata-rata keuntungan US$16.000 per hari saja.
“Jika OPEC menaikkan output dalam revisi pada Juni 2018, tingkat suku bunga akan membaik karena lebih banyak minyak akan dipompa ke pasar. Jika tidak, maka tarifnya akan turun sepanjang tahun.” kata Jakob.
Analis Eirik Haavaldsen di Investment bank Pareto Securitires AS menuturkan, pada paruh pertama tahun ini kemungkinan supertanker masih akan mengalami kelemahan. Namun pada paruh kedua dapat memberikan titik balik bagi supertanker karena permintaan pada kenaikan minyak mentah OPEC dan pertumbuhan armada melambat.