Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia dalam jangka pendek kemungkinan akan melemah akibat potensi adanya profit taking.
Terpantau, pada perdagangan Rabu (27/12/2017) pukul 10.20 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2018 melemah 0,24 poin atau 0,40% menjadi US$59,73 per barel di New York Merchantile Exchange.
Sebelumnya, WTI ditutup menguat 1,50 poin di level US$59,97 per barel, level tertinggi sejak Juni 2015.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Februari 2018 turun 0,35 poin atau 0,52% menuju US$66,67 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London.
Sebelumnya, harga Brent melonjak 2,71% menuju US$67,02 per barel, level tertinggi sejak Mei 2015.
Faisyal, analis Monex Investindo Futures mengatakan, harga minyak berpeluang melemah dalam jangka pendek seiring dengan potensi adanya profit taking paska ditutup menguat lebih dari 2,5% akibat ledakan pipa di Libya.
Baca Juga
Secara teknikal, Faisyal dalam publikasi risetnya mengatakan, level support terdekat terlihat pada level US$59,60 per barel.
“Break ke bawah level tersebut akan memicu penurunan lanjutan menuju US$59,20 per barel sebelum membidik ke support terkuat pada US$58,60 per barel,” tuturnya.
Sementara untuk sisi atasnya, area US$60 per barel menjadi level resistan terdekat. Break ke atas level tersebut, harga melanjutkan kenaikan lebih lanjut menuju US$60,40 per barel sebelum membidik US$61,00 per barel.
Dalam publikasi riset yang berbeda, Asia Trade Point Futures (ATPF) dalam Weekly Market Outlook juga mengatakan adanya peluang melemah pada harga minyak, terutama pada pekan ini.
“Untuk pekan ini, pergerakan harga minyak dibayangi oleh perkiraan melonjaknya produksi minyak AS. Diperkirakan produksi minyak AS meningkat hingga 10 juta barel per hari (bph) seiring dengan naiknya aktivitas sumur pengeboran minyak AS pada pekan lalu,” kata ATPF.